Paris, 29 Rabi’ul Akhir 1437/8 Februari 2016 (MINA) – Aktivis Boikot Israel di Perancis mendesak pemerintah untuk menolak pembelian pesawat tanpa awak (drone) Watchkeeper buatan Israel, dan lebih memilih beralih ke drone Patroller yang dibuat oleh konsorsium dalam negeri Sagem.
Defense News seperti dilansir The Electronic Intifada akhir pekan kemarin melaporkan, sebelumnya Pemerintah Perancis telah menerima petisi ditandatangani oleh lebih dari 8.000 orang, yang diluncurkan oleh kampanye boikot BDS Perancis sejak bulan September lalu, yang menyerukan kementerian pertahanan untuk tidak memilih drone buatan Israel.
BDS Perancis mengatakan bahwa sebagai bagian dari kampanye melawan drone Israel, ribuan kartu pos juga telah dikirim ke Presiden François Hollande.
Kampanye di Perancis menyatakan drone Watchkeeper adalah model senjata Israel yang telah digunakan dalam ratusan serangan mematikan terhadap warga sipil Palestina. Watchkeeper dibangun oleh perusahaan patungan antara pembuat senjata terbesar Israel Elbit Systems dan anak perusahaan UK dari Prancis Thales.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Jika pilihan Sagem tidak mewakili kemerdekaan total dari Israel, membuang drone Thales-Elbit adalah sukses untuk kampanye BDS,” kata kelompok aktivis.
Drone Patroller buatan Sagem mengandung lebih dari 80 persen bahan produk Perancis. Sementara Watchkeeper hanya memiliki 10 persen. Tidak jelas apakah ada bagian-bagian tertentu dari Patroller adalah buatan Israel.
“Kita bukan berarti merayakan pilihan senjata tersebut yang dapat membuka jalan bagi drone bersenjata di tentara Perancis, ketika senjata tersebut bisa membunuh atau berkontribusi untuk membunuh warga sipil, seperti tentara Israel lakukan di Gaza,” ujar aktivis.
Pekan sebelumnya, para aktivis Perancis menggelar aksi di luar paviliun Elbit Systems di Paris Air Show, salah satu pameran udara tahunan terbesar di dunia untuk penjualan pesawat militer dan sipil.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Defense News mengatakan bahwa Sagem dan kantor pengadaan militer Pemerintah Perancis menolak mengomentari hal tersebut. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas