Banda Aceh, 16 Jumadil Akhi 1436/5 April 2015 (MINA) – Dunia Islam pernah menempatkan diri sebagai agama yang paling berjaya dan disegani pada masa lalu. Bahkan kejayaannya jauh meninggalkan dunia barat yang saat itu masih dalam masa kegelapan.
Kesuksesan itu dicapai melalui dunia perdagangaan atau perniagaan yang diterapkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan para sahabat.
Namun sayangnya, umat Islam sekarang terlalu membanggakan kegemilangan masa lalu, tanpa melakukan sesuatu untuk memperjuangkan Islam secara maksimal hingga sekarang. Akibatnya, bangsa dan ekonomi Islam menjadi tertinggal dari agama lain.
Hal itu disampaikan oleh Ustaz Norsham bin Abdul Aziz seorang praktisi ekonomi syariah, yang juga pengusaha sukses dari Kuala Lumpur, Malaysia pada pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Dalam pengajian yang dimoderatori Tgk. H. Umar Rafsanjani Lc, MA tersebut mengangkat tema “Jihad Ekonomi Syariah”, dia mengatakan, praktik kesuksesan ekonomi dalam Islam sudah diperlihatkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan para sahabat menunjukkan kepada kita, betapa pentingnya penguasaan ekonomi Islam untuk menjamin kehidupan beragama dan kelestarian dakwah Islam,” katanya.
Pendiri Ma’had Tahfiz Quran dan Keusahawanan Islam Alfafa Group Gombak, Kuala Lumpur ini mengemukakan, bisnis gembala kambing merupakan bisnis pertama yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.
Nabi mengambil upah dari menjaga ternak milik peternak yang jumlahnya ratusan ekor. Selain itu, Rasulullah juga memiliki pengalaman berdagang dengan mengikuti pamannya sebagai pengimpor dan pengekspor ketika berusia 12 tahun.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Sayangnya, katanya, praktik yang diajarkan oleh Rasulullah tidak diteruskan oleh umatnya sekarang. Ekonomi umat Islam saat ini jauh tertinggal dari umat agama lain.
Berdasarkan laporan Majalah TIME, penghasilan perkapita setiap tahun tertinggi dipegang oleh Yahudi sebesar 16,100 USD, Kristen sebesar 8,230 USD, dan Budha sebesar 6,740 USD. Sementara Islam hanya memperoleh 1,720 USD setiap tahun.
“Situasi ini jelas bertentangan dengan hadis Rasulullah yang mengatakan Islam itu cemerlang dan tidak ada suatu agama pun yang secemerlang Islam. Jelas sekali sebagai umat dan bangsa yang lemah, kita perlu berubah dan bangkit untuk kemblai menjadikan umat Islam sebagai umat yang disegani,” ungkap Ustaz Norsham.
Menurutnya, rata-rata umat Islam sekarang tidak meneladani Rasulullah sebagai pengusaha sukses. Pola pikir masyarakat saat ini lebih cenderung ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dari pada pengusaha. Seharusnya umat Islam harus berani menginvestasikan diri dalam bisnis sebagaimana yang diperagakan Rasulullah.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Lebih lanjut Ustaz Norsham menjelaskan, Al-Quran menyuruh kita berjihad dengan harta dan jiwa secara sekaligus. Kalau tidak ada harta bagaimana mungkin bisa berjihad dengan harta. “Dengan kekayaanlah musuh-musuh Islam berhasil memurtadkan umat Islam yang mayoritas dalam kemiskinan,” demikian Ustaz Norsham.(T/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng