Beirut, MINA – Lebanon menginginkan “hubungan terbaik” dengan Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, kata Presiden Lebanon Michel Aoun kepada Al-Jazeera, Senin (29/11).
Lebanon berada di tengah-tengah keretakan diplomatik yang berkembang dengan beberapa negara Teluk yang bersekutu dengan Arab Saudi dalam mengisolasi Beirut, The New Arab melaporkan.
Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Beirut bulan lalu dan melarang semua impor Lebanon, yang semakin melumpuhkan ekonomi Lebanon.
Beberapa negara Teluk – termasuk UEA, Kuwait, dan Bahrain – mengikuti Saudi dengan menarik duta besar mereka dari Beirut dan mengusir duta besar Lebanon.
Baca Juga: Pertama Kali Serangan Israel Targetkan Pasukan Keamanan Suriah, Tiga Tewas
Ketegangan dengan Arab Saudi meletus bulan lalu setelah Menteri Informasi Lebanon George Kordahi mengkritik perang koalisi pimpinan Saudi melawan pemberontak Houthi di Yaman.
Kordahi mengatakan bahwa Houthi yang bersekutu dengan Iran “membela diri mereka sendiri … melawan agresi eksternal”, yang banyak ditafsirkan mengacu pada Arab Saudi.
Pemerintah Lebanon telah menyerukan dialog, dengan mengatakan bahwa komentar Kordahi tidak mencerminkan posisi pemerintah Lebanon.
Lebanon berada di tengah krisis keuangan yang sangat besar dan sangat membutuhkan bantuan dari kekuatan regional. Pound Lebanon telah kehilangan hampir 90 persen nilainya sejak akhir 2019.
Baca Juga: Jumlah Korban Tewas Kebakaran Los Angeles Meningkat Jadi 24 Orang
Bank Dunia mengatakan krisis keuangan bisa menjadi salah satu dari tiga krisis paling parah yang pernah dialami dunia sejak pertengahan abad ke-19. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Demonstrasi di Libya Tolak Normalisasi dengan Israel