London, 13 Rajab 1437/21 April 2016 (MINA) – Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Belgia dimanfaatkan untuk melakukan negosiasi sejumlah skema perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa. Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki Partnership and Cooperation Agreement (PCA) dengan Uni Eropa.
Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi di sela-sela kegiatan kunjungan Presiden di Belgia, Kamis (21/4).
“Indonesia menyampaikan bahwa Indonesia siap untuk melakukan negosiasi dalam konteks CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement). Ini merupakan signal yang kuat yang dikirim oleh Indonesia ke dunia internasional mengenai competitiveness dan ekonomi Indonesia yang terbuka,” kata Menlu Retno, demikian seperti dirilis Tim Komunikasi Presiden, Ari Dwipayana yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Lebih lanjut, Retno juga mengatakan, dalam sejarah, perdagangan Indonesia selalu dalam posisi surplus dengan Eropa, sehingga dengan skema CEPA ini, diharapkan perdagangan akan semakin meningkat dan menguntungkan kedua belah pihak.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Selain CEPA, hal lain yang dibahas bersama Uni Eropa adalah mengenai masalah Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT). Hal ini adalah suatu upaya agar produk kayu dari Indonesia semuanya dapat memperoleh lisensi.
“Indonesia sekarang menunggu Uni Eropa secara penuh mengimplementasikan FLEGT license,” ujar Retno menambahkan.
Permasalahan di luar skema ekonomi yaitu mengenai toleransi juga dibahas oleh Presiden Jokowi dan Petinggi Uni Eropa.
Menlu Retno mengatakan, harapan dunia sangat besar kepada Indonesia, Indonesia merupakan suatu cerminan dimana Islam, demokrasi, toleransi itu bisa berkembang dengan baik.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Sekarang dimana-mana Indonesia diminta pendapatnya, didengar pendapatnya bagaimana mengembangkan masyarakat yang majemuk, yang toleran. Pada saat yang sama kita memiliki jumlah penduduk muslim yang besar, stabilitas politik yang terjaga, dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga,” tutur Retno.
Agenda di Belanda
Kepada wartawan, Menlu Retno juga memaparkan gambaran agenda Presiden Jokowi di Belanda. Presiden Jokowi akan bertolak ke Den Haag, Belanda malam ini.
Presiden Jokowi merupakan Presiden pertama Republik Indonesia yang berkunjung ke Belanda setelah 16 tahun. Presiden Abdurrahman Wahid, merupakan presiden terakhir yang berkunjung ke Belanda pada tahun 2000 yang lalu.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Esok hari, Presiden Jokowi dijadwalkan akan melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte dan juga Raja Belanda, Willem-Alexander. Presiden juga akan melakukan pertemuan terpisah dengan Ratu Maxima dalam kapasitasnya sebagai United Nation Advisor untuk masalah ekonomi inklusif.
Selain melakukan pertemuan dengan para petinggi negeri kincir angin, Presiden Jokowi juga akan melakukan kunjungan ke Port of Rotterdam dan menghadiri forum bisnis Belanda-Indonesia yang akan menghasilkan sejumlah komitmen kurang lebih senilai 601,2 juta dollar Amerika Serikat.
“Kita fokuskan untuk kerja sama yang terkait dengan bidang maritim dan bidang pengelolaan air, keunggulan Belanda adalah di dua bidang itu,” pungkas Retno. (T/R05/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain