Cochabamba, Bolivia, 27 Sya’ban 1434/5 Juli 2013 (MINA) – Presiden Bolivia Evo Morales, yang pesawatnya dialihkan di Eropa pekan ini karena rumor palsu bahwa pengungkap program pengawasan Amerika Serikat (AS) Edward Snowden berada di dalam pesawat, mengatakan bahwa negara Amerika Latin tidak memerlukan Kedutaan Besar AS di La Paz.
Hari Selasa (2/7), Perancis, Spanyol, Portugal dan Italia menolak mengizinkan pesawat Morales yang terbang dari Moskow kembali ke Bolivia untuk menyeberangi wilayah udara mereka.
Hidup Morales telah dimasukkan ke dalam bahaya dengan memaksa pendaratan darurat di Austria, Menteri Luar Negeri Bolivia David Choquehuanca mengatakan setelah insiden tersebut, Press TV melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Berbicara pada hari Kamis di kota Cochabamba, Bolivia, di mana para pemimpin Venezuela, Ekuador, Argentina dan Uruguay berkumpul untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap presiden Bolivia, Morales menyalahkan AS karena menekan negara-negara Eropa menolak untuk memungkinkan pesawat Morales terbang melalui wilayah udara mereka.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Dia menambahkan bahwa pesawatnya terpaksa mendarat di ibukota Austria Wina dan menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
“Kita tidak perlu kedutaan Amerika Serikat,” kata Morales, menambahkan bahwa para pemimpin partainya telah memintanya untuk mengambil tindakan.
“Kami tidak membutuhkan mereka untuk datang ke sini dengan alasan kerja sama,” katanya. “Tanganku tidak akan gemetar menutup Kedutaan Besar AS. Kami memiliki martabat, kedaulatan. Tanpa Amerika Serikat, kita lebih baik secara politik, secara demokratis.”
Presiden Bolivia berada di Moskow untuk menghadiri pertemuan negara-negara yang memproduksi gas alam.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Bolivia adalah salah satu negara yang Snowden telah mengajukan permohonan suaka.
Washington telah meminta Ekuador, Kuba, Venezuela, dan Rusia untuk tidak memberikan suaka kepada Snowden.
Tanggal 6 Juni, Guardian melaporkan bahwa perintah rahasia pengadilan AS memungkinkan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) mengumpulkan data tentang jutaan warga AS yang merupakan nasabah perusahaan telepon Verizon.
Pada hari yang sama, Washington Post melaporkan bahwa NSA memiliki akses langsung ke server internet. Sumber mereka, seorang perwira intelijen, merasa ngeri tentang kemampuan dari sistem yang digunakan oleh badan intelijen AS.
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Pada tanggal 9 Juni, Snowden mengakui perannya dalam kebocoran rahasia NSA itu dalam sebuah video 12 menit yang diposting oleh Guardian.
Skandal NSA mengambil dimensi yang lebih luas ketika Snowden mengungkapkan informasi tentang kegiatan spionase yang menargetkan negara-negara sahabat. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza
Baca Juga: Mayoritas Anak Muda dan Wanita AS Kecam Serangan Israel di Gaza