Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Brasil: Hamas Bukan Organisasi Teroris Sesuai Visi PBB

Hasanatun Aliyah - Ahad, 29 Oktober 2023 - 08:57 WIB

Ahad, 29 Oktober 2023 - 08:57 WIB

11 Views

BRASILIA, BRAZIL - JUN 29 - Brazilian President Luiz Inacio Lula da Silva participates in the opening of the 26th Meeting of the Sao Paulo Forum in Brasilia, Brazil, 29 June 2023. Lula made a firm defense of democracy and alternation in power during the forum, saying "We have to exercise democracy as much as possible, because it is important, to the extent that it establishes alternation in power and it is a constant exercise of victories and defeats, which forces you to make concessions every day". ( Mateus Bonomi - Anadolu Agency )

Planalto, MINA – Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan bahwa negara Brasil tidak mengakui Hamas sebagai organisasi teroris, sesuai dengan visi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

“Posisi Brasil sejelas dan sejelas mungkin. Brasil hanya mengakui organisasi teroris yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB. Hamas tidak diakui oleh Dewan PBB sebagai organisasi teroris. Mereka mencalonkan diri dalam pemilihan umum (Pemilu) di Jalur Gaza dan menang dengan itu,” kata Da Silva Jumat (27/10) malam seperti dikutip Qudspress.

Da Silva bertanya-tanya, “Apa yang kita lihat sekarang adalah kegilaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang ingin mengakhiri kehidupan Jalur Gaza, lupa bahwa di sana tidak hanya militan Hamas, tetapi juga perempuan, anak-anak dan warga sipil yang menjadi korban terbesar dalam serangan itu.”

Ia juga menegaskan komitmennya untuk menyelamatkan warga Brasil di Jalur Gaza, dan bermaksud berdialog dengan semua pihak untuk memfasilitasi keberangkatan mereka.

Baca Juga: Israel Makin Terisolasi di Tengah Penurunan Jumlah Penerbangan

“Kami tidak akan membiarkan satu pun warga Brasil tetap tinggal di Israel atau Jalur Gaza. Kami akan mencoba mencari semua orang kami, karena ini adalah peran pemerintah Brazil,” tagas Da Silva.

Pesawat kepresidenan Brasil telah berada di Kairo selama sepekan menunggu kesepakatan yang mengizinkan pembukaan penyeberangan Rafah dan memungkinkan pemegang paspor asing meninggalkan Jalur Gaza.

“Apa yang diperlukan saat ini adalah mengatasi kekuatan peluru dengan dialog. Kekuatan dialog mampu mengalahkan bom terkuat yang bisa dihasilkan manusia,” kata Da Silva.

Sebelumnya, Negara Brasil pada Kamis abstain dalam pemungutan suara mengenai rancangan Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB yang mengklasifikasikan Hamas sebagai gerakan teroris.

Baca Juga: Palestina Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza Utara

Kementerian Luar Negeri Brasil telah mengeluarkan sebuah memorandum pada tanggal 12 Oktober, yang menegaskan bahwa pemerintah Brasil berada di bawah tekanan sangat besar untuk mengakui gerakan Hamas sebagai organisasi teroris.

“Namun, Brasil mengikuti pedoman Amerika. Bangsa-Bangsa dan melaksanakan keputusan yang diambil oleh Dewan Keamanan PBB, tidak memasukan Hamas dalam daftar gerakan teroris,” tambah Da Silva.

Majelis Umum PBB pada Jumat menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera, dengan 120 negara memberikan suara untuk resolusi yang diajukan oleh Yordania. Namun Israel menolaknya. Pada hari yang sama Pasukan Pendudukan Israel melakukan serangan udara mengebom besar-besaran dan mematikan komunikasi serta internet di Jalur Gaza sebagai upaya untuk melancarkan perluasan operasi serangan darat.

Juru bicara kementerian Ashraf Al-Qudra pada Sabtu mengatakan bahwa pendudukan melakukan 53 pembantaian dalam pemboman besar-besaran, di beberapa wilayah di Jalur Gaza, menargetkan bangunan tempat tinggal, yang dihancurkan di tempati warga sipil Palestina.

Baca Juga: Hamas Kutuk AS yang Memveto Gencatan Senjata di Gaza

Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan jumlah korban akibat pengeboman Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza selama 22 hari berturut-turut telah meningkat menjadi 7.703 orang syahid, termasuk 3.595 anak-anak, sejak 7 Oktober dimulainya serangan pengeboman Israel.(T/R5/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ikut Perang ke Lebanon, Seorang Peneliti Israel Tewas

Rekomendasi untuk Anda