Presiden Chechnya Ancam Akan ‘Menangani’ Negara-Negara Pembakar Al-Qur’an

Presiden regional Chechnya Ramzan Kadyrov menyampaikan pidato dalam konferensi pers tahunannya, di Grozny, Republik Chechnya Rusia. © Sputnik

Grozny, MINA – Presiden Republik Chechnya Rusia mengecam para pemimpin Muslim atas kegagalan mereka menangani berbagai insiden pembakaran Al-Qur’an di Barat.

Dia bersumpah akan melakukan yang terbaik untuk “menangani” pelakunya setelah berakhirnya konflik Ukraina.

Dalam sebuah pernyataan di Telegram, Kadyrov mengatakan bahwa penodaan kitab suci Islam yang terus berlanjut di Eropa menimbulkan “tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya” bagi dunia Muslim, rt.com melaporkan.

“Di mana para pemimpin negara Muslim saat ini? Mengapa mereka membiarkan Kitab Suci kita dilanggar secara terbuka dan tidak mengambil langkah signifikan untuk melindungi umat Islam dan agama Islam? Apakah mereka benar-benar lebih takut akan reaksi dan sanksi Amerika dan Eropa daripada murka Allah SWT?” katanya.

Menurutnya, Rusia berdiri sendiri melawan “kebijakan kolonial ateis yang agresif” Barat sambil berjuang “untuk nilai-nilai sakral dan sakral kami” di Ukraina.

“Saya 100% yakin akan menang. Ketika kami selesai dengan Ukraina, kami akan pergi ke negara-negara yang telah menodai Al-Qur’an,” kata Kadyrov.

Dia menambahkan bahwa ada banyak Muslim di Rusia yang tidak akan mengabaikan insiden tersebut.

Dia ingat bahwa sekitar 10.000 pejuang Chechnya sekarang beraksi di Ukraina, dengan 15.000 lainnya siap untuk terjun ke medan perang.

“Ada tiga puluh, empat puluh, lima puluh ribu sukarelawan lagi. Kami memiliki senjata, alat berat. Kami akan menunjukkan [Presiden Ukraina Vladimir] Zelensky apa yang terjadi jika dia menjual bangsanya. Dan kami akan menunjukkan konsekuensinya kepada mereka yang mendukung semua ini,” katanya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Denmark dan Swedia telah menyaksikan serangkaian protes publik di mana para aktivis anti-Muslim menodai Al-Qur’an, yang memicu kemarahan di antara umat Islam di seluruh dunia.

Di saat kedua negara Nordik itu menyesalkan insiden tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat mencegahnya, dengan alasan kebebasan berekspresi. Namun, menghadapi tekanan balik dan risiko keamanan yang meningkat, baik Kopenhagen maupun Stockholm telah mengisyaratkan kesiapan untuk mengatasi masalah tersebut.

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk pembakaran Al-Qur’an dan menyebutnya “kejahatan” dan upaya untuk menghasut perpecahan sektarian. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.