Manila, MINA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengubah haluannya dalam parameter upaya pasukan pemerintah untuk mendorong teroris lokal keluar dari kota selatan Marawi, Rappler.com melaporkan.
Jika dalam pernyataan sebelumnya ia memberikan izin kepada militer untuk mengebom benteng musuh yang tersisa di Marawi, termasuk masjid dengan teroris dan sandera di dalamnya, Duterte kemudian mengatakan tindakan itu tidak akan menyelesaikan masalah.
“Kami tidak bisa menghancurkan masjid karena itu hanya akan menumbuhkan kebencian tanpa akhir,” kata Duterte saat bepidato di Komando Mindanao Timur pada hari Jumat (1/9), bertepatan dengan Hari Raya umat Islam, Idul Adha.
Dia menambahkan pemerintah harus sadar akan implikasi budaya dan ideologis jika menghancurkan masjid dalam perang melawan teroris.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Pada hari Jumat pagi, ribuan Muslim Filipina menunaikan salat Idul Adha. Di sisi lain pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS berlanjut di Marawi.
Pada Kamis (31/8) malam, tiga tentara tewas, sementara 52 lainnya cedera setelah tentara berusaha merebut kembali Jembatan Banggolo, jembatan kedua dari tiga jembatan strategis di ibu kota Lanao del Sur.
Selama pidatonya, Duterte mengumumkan bahwa dia sebelumnya telah memikirkan untuk menghapus status darurat militer di wilayah Mindanao. Namun, dengan situasi saat ini, dia mengatakan untuk saat ini langkah itu tidak bisa dilakukan.
“Parang may spillover na sa ARMM eh (Sepertinya konflik telah menyebar ke Daerah Otonomi Muslim Mindanao),” ujarnya. (T/R11/P1)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu