Manila, 4 Ramadhan 1428/30 Mei 2017 (MINA) – Presiden Rodrigo Duterte memohon pasukan oposisi bersenjata untuk bergabung dalam perang melawan teroris di Mindanao, Filipina Selatan.
Langkah pemimpin Filipina itu dapat menjadi strategis dalam upayanya membangun perdamaian dengan mereka, kata seorang mantan kepala militer pada hari Selasa (30/5).
Jenderal Dionisio Santiago, mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, mengungkapkan Duterte meminta bantuan Front Pembebasan Islam Moro (MILF), Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), dan kelompok bersenjata komunis Tentara Rakyat Baru (NPA),
Duterte menempatkan pemberontak komunis dan oposisi Muslim itu pada tataran defensif, Santioago mengatakan seperti dilaporkan ABS-CBN News yang dikutip MINA.
Baca Juga: AS Blokir TikTok, Dihapus dari App Store
“Kemana Anda akan pergi sekarang? Anda dipanggil, Anda diminta untuk membantu pemerintah. Jika Anda menolak melakukannya, maka Anda akan menantang pemerintah, artinya Anda memberi saya alasan untuk datang melampaui Mindanao,” kata dia.
“Saya pikir Anda ingin membantu (kami), Anda menginginkan perdamaian, Anda terus mengeluhkan hal itu. Mengapa Anda ingin berperang? Mari kita berperang melawan kelompok yang sangat spesial ini yang tidak mengakui siapa pun,” ujarnya.
Duterte akhir pekan lalu berjanji dia akan memperlakukan pemberontak komunis dan Muslim sama seperti tentara negara jika mereka membantu pemerintah melawan kelompok ekstremis.
“Saya akan mempekerjakan Anda sebagai tentara – gaji yang sama, hak istimewa yang sama, dan saya akan membangun rumah untuk Anda di beberapa daerah,” kata Presiden saat berkunjung ke sebuah pangkalan militer di Jolo, Sulu.
Baca Juga: Trump Tiba di Washington Jelang Pelantikan
Luis Jalandoni, penasihat senior Front Demokratik Nasional, sayap politik dari kelompok komunis, mengatakan pemberontak NPA menentang Maute dan Abu Sayyaf karena menyerang warga sipil.
“Dalam hal ini, CPP-NPA (Partai Komunis Filipina- Front Demokratik Nasional) akan bersama-sama dengan pemerintah Duterte dalam menentang kelompok Maute dan Abu Sayyaf,” ujarnya.
Sementara itu, Duterte bertemu dengan pemimpin MILF, Al Haj Murad Ibrahim, dan anggota kelompok lainnya di Davao City pada hari Senin. Hadir dalam pertemuan tersebut anggota panel perdamaian pemerintah dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Filipina, Eduardo Ano.
Rincian pertemuan tersebut belum diungkapkan namun agenda tersebut diyakini sebagai dukungan MILF terhadap pemberlakukan darurat militer di Mindanao. (T/R11/B05)
Baca Juga: Konferensi Tawasol 4 Bahas Narasi Palestina dan Tantangan Media Global
Mi’raj Islamic News (Agency)