Jakarta, 13 Muharram 1438/14 Oktober 2016 (MINA) – Presiden Hartford Seminary School, salah satu universitas ternama di Amerika Serikat (AS), Heidi Hadsell mengatakan bahwa Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan kepada pemeluk-pemeluknya.
“Di negara saya Amerika Serikat, terkadang muncul sikap anti-toleransi dan paham ekstremisme yang bisa lahir dari penganut ajaran manapun. Itu semua terjadi karena adanya kesalahan dalam hubungan antaragama, juga kesalahan hubungan lintas budaya,” katanya saat Seminar Internasional Agama dan Kebudayaan di Auditorium Arifin Panigoro, Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Jakarta, Jumat (14/10).
Hadir pada kesempatan itu, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Jimly Ash-Shiddiqy, Utusan Presiden untuk Timur-Tengah dan OKI Alwi Shihab, Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra dan ratusan peserta lainnya.
Menurut Hadsell, paham ekstrim yang kerap ditampilkan media sebagai wajah Islam adalah bagian dari kampanye Islamofobia di negara-negara yang memang minoritas kaum muslimin.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
“Saya amat menyesal dengan sikap pemerintah Amerika yang ikut andil dalam mengkampanyekan Islamofobia. Saya juga amat menyesal dengan sikap sebagian umat Kristiani yang menyalahgunakan ayat-ayat yang tercantum di dalam Al-Kitab untuk menyebarluaskan Islamofobia,” ujarnya.
Selain kesalahan hubungan antaragama, Hadsell juga melihat adanya kesalahan dalam memahami ajarannya masing-masing. Ia meyakini bahwa semua agama di dunia menginginkan kedamaian dan kerukunan.
“Kesalahan dalam memahami ajarannya sendiri juga menjadi faktor kuat munculnya paham ekstrem. Saya yakin bahwa setiap agama memiliki keinginan untuk hidup dalam kondisi rukun dan damai,” kata dia.
Dengan diselenggarakannya konferensi tersebut, Hadsell berharap akan muncul sikap saling memahami antar umat beragama.
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal
“Saya sangat senang denga adanya konferensi ini. Saya percaya, reputasi Indonesia terkait kerukunan beragama akan terus meningkat. Saya sengaja datang kesini ingin secara langsung melihat bagaimana umat Islam hidup berdampingan dengan penganut ajaran agama lain,” harapnya.
Konferensi Internasional ini terselenggara atas kerjasama antara Universitas Al-Azhar indonesia dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan akan berlangsung sejak Jumat (14/10) hingga Sabtu (22/10) di berbagai kota besar Indonesia seperti, Jakarta, Bogor, dan Yogyakarta.
Pada konferensi ini, hadir pula komunitas dialog antaragama yang berkumpul di Hartford Seminary School, Amerika Serikat, yang merupakan unsur dari beberapa agama dan keyakinan yang ada di dunia seperti Islam, Yahudi, Kristen, Budha, Hindu dan lainnya. (L/P011/P010/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Prof Abd Fattah: Pembebasan Al-Aqsa Perlu Langkah Jelas