Berlin, MINA – Jerman tidak akan menoleransi xenofobia dan kebencian terhadap orang-orang dengan latar belakang imigran, kata Presiden Frank-Walter Steinmeier pada Jumat (10/9).
Hal itu ia sampaikan saat upacara di Istana Bellevue menandai peringatan 60 tahun penandatanganan perjanjian Kerjasama Jerman-Turki, MEMO melaporkan.
Steinmeier berterima kasih kepada imigran Turki yang tiba di Jerman pada 1960-an karena berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara dan transformasinya menjadi masyarakat yang kaya dan beragam budaya.
“Orang-orang yang datang saat itu, yang disebut pekerja tamu: Anda, anak-anak Anda, cucu-cucu Anda hari ini adalah bagian dari apa yang membuat Jerman. Jerman tanpa Anda sama sekali tidak terbayangkan masa depannya,” jelasnya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Imigran, anak cucu mereka tidak hanya bekerja di pabrik saat ini, tetapi juga di beberapa fasilitas penelitian. Di antaranya adalah seniman dan musisi, pengusaha dan pengembang vaksin, hakim dan jaksa, anggota parlemen, sekretaris negara atau menteri,” katanya.
Steinmeier mengakui butuh bertahun-tahun bagi Jerman mengakui negara mereka adalah negara imigrasi, dan menambahkan bahwa selama bertahun-tahun pihak berwenang juga mengabaikan kebijakan untuk integrasi imigran. Namun, dia menekankan Jerman masih membutuhkan migran terampil untuk tetap kompetitif dan memastikan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.
Saat ini, Jerman memiliki tiga juta komunitas Turki, banyak di antaranya adalah anak atau cucu pekerja yang bermigrasi pada 1960-an sebagai bagian dari perjanjian yang disebutkan di atas. Sambil berterima kasih kepada komunitas migran atas kontribusi mereka ke Jerman, Steinmeier juga menyatakan penyesalannya atas serangan xenofobia dan kejahatan kebencian yang terus berlanjut.
“Saya terkejut orang-orang dengan warna kulit, bahasa, atau agama yang berbeda saat ini masih menjadi sasaran kampanye kebencian,” katanya, memperingatkan bahwa propaganda sayap kanan online sering mengarah pada kekerasan.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
“Ini bukan hanya kata-kata… Ini seperti racun… Racun ini membuat sebagian orang percaya bahwa mereka mewakili rakyat, dan mereka diizinkan untuk mempermalukan, mengancam, memburu dan bahkan membunuh orang lain,” tegasnya.
Steinmeier mengatakan Jerman masih mengingat para korban teror sayap kanan, imigran Turki yang dibunuh oleh kelompok teror neo-Nazi NSU dan lainnya yang tewas dalam serangan pembakaran di Moelln dan Solingen.
“Tapi kami bukannya tidak berdaya. Sudah menjadi tugas negara untuk melindungi semua orang,” katanya kepada hadirin, yang termasuk perwakilan komunitas migran. Xenophobia adalah kebencian terhadap orang. Dan kami tidak akan pernah mentolerir kebencian ini di Jerman,” ujarnya. (T/R7/RS2)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj News Agency (MINA)