Jakarta, MINA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta negara-negara muslim yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) agar bersatu menyampaikan pesan keras ke Amerika Serikat (AS), karena pengakuannya terhadap kota Yerusalem sebagai ibukota Israel.
“Pada saat menerima kunjungan kehormatan Menlu Tunisia, Presiden menyampaikan bahwa negara-negara OKI, negara-negara muslim harus bersatu dan menyampaikan pesan yang keras kepada Amerika,” kata Menlu Retno Marsudi usai mendampingi Presiden Jokowi menerima Menlu Tunisia Khemaies Jhinaoui, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/12).
Bukan hanya negara-negara anggota OKI, menurut Menlu, dirinya juga telah berkomunikasi dengan beberapa menteri luar negeri, terutama dari negara-negara besar dengan satu pesan agar negara lain tidak mengikuti AS untuk rencana memindahkan kedutaannya di Yerusalem.
“Respon Menteri Luar Negeri Uni Eropa sampai semalam masih positif,” ujar Retno, seperti disebutkan Humas Setkab RI.
Baca Juga: AWG Gelar Webinar Menulis tentang Baitul Maqdis
Sementara terkait perintah Presiden Jokowi, Menlu mengaku dirinya sudah memanggil Duta Besar AS di Jakarta, Joseph R. Donovan Jr, di sela-sela acara Bali Democracy Forum, di Tangerang, Banten, Kamis (7/12) malam.
“Dalam pertemuan tersebut, kembali saya sampaikan posisi resmi Indonesia sebagaimana yang diinstruksikan oleh Bapak Presiden, posisi resmi Indonesia terhadap pengumuman pengakuan AS, Yerusalem sebagai Ibu kota Israel. Jadi posisinya jelas, tegas kita sampaikan,” kata Retno.
Mengenai respons Dubes AS, menurut Menlu, pesan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi itu akan disampaikan kepada Pemerintah AS di Washington.
Sebelumnya, lanjut Menlu, 3-4 jam sebelum Presiden AS Donald Trump menyampaikan pengakuan terhadap kota Yerusalem, dirinya juga sudah berkomunikasi dengan Menlu AS Rex Tillerson, yang saat itu sedang berada di Brussels, Belgia.
Baca Juga: 30 WNI dari Suriah Kembali Dievakuasi ke Indonesia
“Saya sampaikan posisi khas Indonesia dan saya sampaikan harapan apakah masih ada peluang untuk dipertimbangkan untuk tidak melakukan itu, tapi Tillerson menyatakan keputusan sudah diambil Presiden. Artinya, sampai jam-jam terakhir, diplomasi kita masih berusaha keras,” ungkap Menlu. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Banjir di Makasar Rendam Rumah Dinas Gubernur dan Kapolda