Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Kali ini, Presiden RI Joko Widodo kembali menyuarakan dukungan penuhnya terhadap perjuangan bangsa Palestina dan ditambah dengan Al-Quds Al-Syarif.
“Selama dua hari terakhir, saya sungguh merasakan dukungan penuh dan solidaritas dunia Islam terhadap Palestina. Saya merasa gembira para pemimpin dunia Islam sepakat merapatkan barisan dan memperkuat persatuan untuk menggelorakan kembali dukungan terhadap rakyat Palestina,” begitu ia mengawali sambutannya pada Penutupan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT LB) ke-5 Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Jakarta, Senin (7/3).
Suatu perasaan dari seorang presiden di sebuah negara dengan mayoritas penduduk Muslim terpadat di dunia.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Presdien Jokowi melalui Jakarta Declaration – yang merupakan inisiatif Indonesia – bermaksud memuat rencana aksi konkrit para pemimpin OKI untuk penyelesaian masalah Palestina dan Al-Quds Al-Syarif.
Keyakinannya sangat kuat terhadap kemerdekaan Palestina, yang ia ungmapkan dalam nada gembira dan optimis, “Dunia Islam masih memiliki hutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina. Perjuangan rakyat Palestina adalah perjuangan kita semuanya. Insya Allah, kita dapat menyaksikan kemerdekaan Palestina dalam hidup kita”.
Sejak Kampanye
Pada masa berlangsungnya kampanye Pilpres 2014 lalu, Joko Widodo memang acapkali menebar janji kepada masyarakat Indonesia di berbagai kesempatan dan tempat. Salah satu janji kampanye itu adalah mendukung penuh kemerdekaan Palestina dan akan mendirikan Kedutaan Besar RI di Palestina.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Pernyataan serupa ia tegaskan begitu dirinya dilantik sebagai Presiden RI, dalam Sidang Paripurna DPD-DPR RI di Gedung DPR/MPR, Jumat (14/8/2014). Menurut Presiden Jokowi, dukungan tersebut adalah bukti konsistensi sikap Indonesia terhadap Palestina. “Indonesia terus mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan,” ujar Jokowi saat itu di depan peserta sidang.
Selain itu, ia juga mendorong terciptanya perdamaian di dunia, khususnya di wilayah Timur Tengah. “Menyerukan agar saudara-saudara Muslim di Timur Tengah meletakkan senjata dan berdamai demi kepentingan ukhuwah Islamiyah,” paparnya.
Konsistensi Jokowi mengenai persoalan Palestina ini, ia kemukakan kembali dalam forum internasional, saat Pembukaan Peringatan Ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta, 22 April 2015. Presiden Jokowi menyampaikan pidato resmi yang menggugah dunia, khususnya negara-negara di kawasan Asia Afrika, untuk mendukung Negara Palestina merdeka dan berdaulat penuh.
“Masih adanya ketidakadilan, kesenjangan dan kekerasan global dunia saat ini, kemandirian bangsa-bangsa Asia-Afrika serta perlunya kepemimpinan global yang kolektif, perlunya reformasi PBB yang lebih menjamin terciptanya perdamaian dunia,” ujar Jokowi waktu itu.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Ia juga menekankan perlunya solidaritas, saling membantu dan kerjasama antar kawasan Asia dan Afrika, penghargaan dunia atas hak-hak asasi manusia,menyelesaikan berbagai pertikaian baik di dalam negeri maupun antar negara secara damai. Serta memprakarsai pertemuan informal negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mencari penyelesaian berbagai konflik yang kini melanda dunia Islam.
Sehari sebelumnya, saat Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah di Jakarta pada Selasa, 21 April 2015 dalam rangkaian peringatan KAA ke-60, Presiden Jokowi juga mengajukan keinginan membuka Konsulat Kehormatan Indonesia di Ramallah.
“Kita minta persetujuan untuk pembukaan konsul kehormatan Indonesia di Ramalah, dan Perdana Menteri menyampaikan dukungan. Itu akan mempermudah,” ujar Jokowi waktu itu.
Jokowi juga mengatakan bahwa negara Palestina masih dalam penjajahan. Oleh karenanya, penjajahan di Palestina harus diakhiri.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
“Saya sampaikan kepada Perdana Menteri bahwa Palestina adalah satu-satunya negara yang masih dalam penjajahan, masih dalam posisi dijajah dan saatnya sekarang harus diakhiri,” kata Jokowi.
Presiden Jokowi menambahkan, akan ada pertemuan tindak lanjut untuk Palestina sebagai langkah konkret. Pendirian kantor konsulat di Palestina tentu juga merupakan salah satu bentuk dukungan nyata atas kemerdekaan negara Palestina.
Selain pembukaan kantor konsulat di Ramallah, kerja sama perdagangan antara kedua negara juga akan ditingkatkan. Palestina, kata Jokowi, juga mengusulkan adanya pembebasan pajak untuk barang-barang yang berasal dari Palestina. “Ini masih dalam kajian. Kalau bisa diberikan insentif pajak akan diberikan.”
PM Palestina Rami Hamdallah menyebut Presiden Joko Widodo sebagai sahabat bangsa Palestina. “Presiden Jokowi adalah sahabat bangsa Palestina. Kami sangat tersanjung dengan dukungan presiden Jokowi yang sejak kampanye telah menyatakan komitmennya untuk kemerdekaan Palestina,” katanya.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Presiden Jokowi menegaskan kembali dalam Pidato Kenegaraan di depan Sidang Paripurna MPR-RI, Jumat 14 Agustus 2015 lalu dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina dari penjajahan dan kedzaliman, serta menyerukan agar saudara-saudara Muslim di Timur Tengah meletakkan senjata dan berdamai demi kepentingan ukhuwah Islamiyah.
Jokowi juga mengatakan, Indonesia akan terus mengirimkan pasukan perdamaian ke berbagai belahan dunia, menjadi penengah konflik, memberikan kepemimpinan dalam pembuatan norma-norma regional dan global. “Indonesia ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” katanya.
Pada 16 Februari 2016 lalu, Presiden Indonesia Joko Widodo menegaskan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina langsung di depan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan para pemimpin negara-negara ASEAN pada acara makan malam (working dinner) dalam rangkaian acara KTT ASEAN-AS di Sunnyland, California, Amerika Serikat.
“Salah satu wujud konkret kontribusi Indonesia (dalam mendukung kemerdekaan Palestina) adalah dengan kesediaan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja sama Islam (OKI) pada 6-7 Maret 2016,” ujar Jokowi.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Jokowi juga berharap negara-negara ASEAN dan AS turut memberi kontribusi bagi perdamaian di Palestina. “Saya ingin mendorong agar ASEAN dan AS terus dapat memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah Palestina,” imbuhnya.
Perjuangan Belum Selesai
Tentu perjuangan belum selesai memang. Namun pernyataan politik dari Presiden Jokowi, juga presiden atau kepala negara manapun, khususnya negara-negara Islam anggota OKI perlu diungkapkan.
Kalau rakyat biasa yang bicara itu sudah biasa. Kalau aktivis yang menyerukan, terbatas pada komunitasnya. Namun kalau seorang kepala negara yang menyatakan secara resmi dalam sebuah pertemuan internasional sekelas KTT, tentu akan berdampak internasional.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Seruan Presiden Jokowi terkait dukungan perjuangan Palestina, khususnya seruan boikot terhadap produk Israel, akan menjadi snow balling (bola salju), bagi dunia Islam. Kepala negara yang hadir pada KTT OKI tentu akan membawa hasil-hasil sidang KTT ke negaranya masing-masing dan akan memfollow up sesuai kebijakan politik masing-masing negara yang bersangkutan.
Terutama aksi boikot oleh anggota negara OKI saja sudah cukup dapat mengalahkan Israel. Seperti dikemukakan Fahmi Salsabila, Sekretaris Jenderal Masyarakat Indonesia untuk Studi Timur Tengah ISMES (Indonesian Society for Middle East Studies) yang mengatakan, boikot produk Israel dari daerah pendudukan akan efektif jika diterapkan.
“Bahkan jika minimal negara-negara OKI melakukannya, itu akan memiliki dampak serius pada perekonomian Israel, karena negara-negara OKI memiliki setidaknya satu miliar orang,” katanya.
“Ekspor Israel adalah salah satu sumber pendapatan. Jadi saya pikir itu adalah upaya yang luar biasa jika dilakukan oleh OKI. Tapi itu hanya akan efektif jika dilaksanakan,” imbuhnya.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Kembali pada Jokowi yang disebut PM Palestina Rami Hamdallah sebagai ‘Sahabat Bangsa Palestina’, perjuangan kata-kata itu tentu belum selesai sampai di tataran deklarasi. Namun itu sudah cukup menjadi modal lanjutan untuk perjuangan berikutnya hingga tercapai tujuan bersama dunia Islam, yakni kemerdekaan Palestina sebagai negara merdeka dan berdaulat, serta terbebasnya Masjid Al-Aqsha atau Al-Quds Al-Sharif ke pangkuan Muslimin.
Kembali mengutip pernyataan Presiden Jokowi pada Pembukaan KTT LB Ke-5 OKI pada Ahad (6/3), “Pada tahun 1962, Bapak Bangsa Indonesia, Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, Bung Karno, menegaskan, selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel. Kami bangsa Indonesia konsisten dengan janji tersebut. Hari ini, Indonesia berdiri bersama dengan negara-negara OKI untuk meneruskan perjuangan yang belum selesai itu”.
Tentu saja bukan hanya Presiden Jokowi, tetapi siapapun termasuk kita, adalah ‘Sahabat Bangsa Palestina’ manakala menjadikan Palestina dalam pembicaraan, aksi, solidaritas sampai ke perasaan terdalam, sesuai kedudukan, pekerjaan dan aktivitas kita masing-masing. (P4/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu