Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Kenya Kunjungi Israel, Pertama Sejak 1994

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 23 Februari 2016 - 03:36 WIB

Selasa, 23 Februari 2016 - 03:36 WIB

434 Views

<a href=

Presiden Kenya Uhuru Kenyatta" width="275" height="183" /> Presiden Kenya Uhuru Kenyatta saat bertemu Avigdor Lieberman, Wakil PM dan Menlu Israel (nation)

Tel Aviv, 15 Jumadil Awwal 1437/23 Februari 2016 (MINA) –  Gubernur Kenya Uhuru Kenyatta tiba di Israel pada hari Senin (22/2) waktu setempat untuk kunjungan pertama oleh seorang presiden Kenya dalam 22 tahun terakhir sejak 1994.

The Jerusalem Post melaporkan, kunjungan selama tiga hari disebut sebagai refleksi dari hubungan yang semakin erat antara kedua negara.

Juru Bicara Presiden Kenya, Manoah Esipisu, sebelum berangkat ke Israel mengatakan bahwa Kenya menganggap Israel sebagai teman.

“Persahabatan ini tidak hanya lahir dari sejarah panjang hubungan persaudaraan, tetapi juga diwujudkan dalam kerjasama yang nyata dan konkrit dalam sejumlah bidang penting,” ujar jubir Esipisu.

Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat

Ia juga menyatakan, pemerintahnya memberikan ‘penghargaan’ untuk pelatihan Israel terhadap personil keamanan Kenya.

“Kita harus belajar dari keahlian pertanian Israel, dan Israel sedang berusaha untuk mendapatkan kembali status pengamat pada Uni Afrika,” imbuhnya.

Palestina telah menyandang status pengamat pada uni ini.

Kenyatta adalah anak presiden pertama Kenya, Jomo Kenyatta, yang membiarkan jet Israel mengisi bahan bakar di Nairobi, Kenya, selama operasi penyelamatan Entebbe di negara tetangga Uganda pada tahun 1976.

Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya

Esipisu mengatakan bahwa “catatan khusus” dalam hubungan antara negara-negara adalah “kerjasama yang sangat baik pada masalah keamanan.”

“Dukungan Israel untuk pelatihan personil keamanan Kenya dan dukungan teknis untuk layanan keamanan kami dihargai,” katanya.

Dia juga mengatakan bahwa Kenyatta mengharapkan, keamanan dan intelijen kerjasama antara kedua negara akan terus tumbuh. Di sini Kenya tertarik untuk mendapatkan manfaat dari “keahlian” Israel dalam memerangi terorisme.

Kenya, dia menunjukkan, telah mengalami sejumlah serangan dari Al-Shabab, kelompok jaringan al-Qaeda yang beroperasi di Afrika timur.

Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

Dalam pertemuan itu, Kenya dan Israel akan menyimpulkan beberapa perjanjian kerjasama dalam pertahanan, sumber daya air, perikanan, pendidikan, teknologi dan kerjasama ilmiah.

Pada hari Sabtu kemarin (20/2) Kenyatta mengambil bagian dalam upacara pengiriman 25 mahasiswa dari Institut Air Kenya ke Israel, untuk studi air dan irigasi. Sejumlah 20 mahasiswa dijadwalkan untuk mengikuti program ini dalam beberapa minggu mendatang.

Kenyatta dijadwalkan bertemu PM Israel Netanyahu pada Selasa (23/2), dan juga akan bertemu dengan Presiden Reuven Rivlin serta para pejabat senior lainnya.

Juru bicara itu mengatakan bahwa Kenyatta juga berharap investasi perdagangan dengan Israel meningkat. Pada tahun 2014 perdagangan antara kedua negara mencapai angka sekitar 75 juta dolar AS (sekitar Rp1,019 triliun).

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

Desakan Israel

Di antara isu-isu pejabat Israel yang akan disampaikan kepada Presiden Kenyatta, adalah kepentingan bersama dalam memerangi apa yang disebut Israel dengan ‘terorisme Islam radikal’.

Israel juga akan mengangkat isu untuk mengubah pola suara pada Israel di PBB, dan meminta bantuan dalam mendapatkan status pengamat Israel  pada Organisasi Persatuan Afrika.

Israel adalah anggota pengamat dari Organisasi Persatuan Afrika sampai OAU dibubarkan dan digantikan dengan Uni Afrika pada tahun 2002. Namun, di bawah tekanan dari orang kuat Libya waktu itu, Muammar Gaddafi, Israel kehilangan status ini. Justru status pengamat diberikan kepada Palestina pada 2013.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Dengan dikeluarkannya Israel sebagai negara pengamat pada Uni Afrika, para pejabat Israel merasa telah menyebabkan beberapa resolusi yang dikeluarkan uni, sangat negatif terhadap negara itu.  (T/P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Khadijah