Bogota, MINA – Presiden Kolombia Gustavo Petro kemarin sekali lagi mengkritik serangan pendudukan Israel di Jalur Gaza dan menyerukan AS untuk menghentikan genosida. Demikian dikutip dari Memo, Jum’at, (15/12).
“Presiden Biden harus bertindak cepat untuk menghentikan genosida di Gaza. Pendekatan ini benar: rakyat Israel harus mengubah pemerintahan mereka saat ini dan membuka jalan menuju perdamaian definitif yang didasarkan pada keberadaan dua negara berdaulat,” tulis Petro di media X.
Presiden Kolombia menulis pesan tersebut mengutip berita tentang staf pemerintahan Biden yang meminta presiden AS untuk mendukung gencatan senjata permanen.
Para pejabat politik, staf administrasi dan staf karir pegawai negeri, mengenakan kacamata hitam dan masker untuk menyembunyikan identitas mereka, menghadiri acara peringatan di depan Gedung Putih pada hari Rabu.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Gencatan senjata sementara berakhir 13 hari yang lalu, dan kami merasa ngeri melihat berlanjutnya pembunuhan, pengungsian dan pemboman terhadap warga sipil Palestina di Gaza,” Josh Paul, mantan pejabat Departemen Luar Negeri yang mengundurkan diri dari pekerjaannya pada bulan Oktober karena tidak setuju dengan kebijakan pemerintahan Biden terhadap pemboman Israel di Gaza, dalam sebuah pidato.
“Kami menuntut Presiden Biden dan anggota Kabinet untuk angkat bicara, menyerukan gencatan senjata permanen, pembebasan semua sandera, dan segera melakukan deeskalasi.”
AS telah berulang kali memveto resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata, meskipun Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta untuk menghentikan perang.
Human Rights Watch telah memperingatkan bahwa AS mengambil risiko “terlibat dalam kejahatan perang” dengan terus memberikan senjata dan perlindungan diplomatik kepada pendudukan Israel karena mereka terus melakukan kekejaman terhadap penduduk sipil di Gaza.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Petro mengkritik pemboman pendudukan Israel di Jalur Gaza, yang telah menyebabkan kematian lebih dari 18.000 warga sipil, sebagian besar adalah anak-anak. (T/B03/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon