Antananarivo, MINA – Presiden Madagaskar Andry Rajoelina memutuskan membubarkan pemerintahannya setelah aksi protes besar-besaran yang digerakkan generasi muda atau Gen Z mengguncang negara kepulauan di Afrika itu.
CNN melaporkan, pada Senin (29/9), Rajoelina mengumumkan pembubaran kabinetnya setelah unjuk rasa berhari-hari menuntut perbaikan pasokan listrik dan udara yang terus terganggu.
“Kami mengakui dan meminta maaf jika pemerintah belum menjalankan tugas yang diberikan dengan baik,” kata Rajoelina dalam pidato yang disiarkan stasiun televisi nasional, Televiziona Malagasy (TVM).
Protes Meluas Akibat Pemadaman Listrik
Baca Juga: Korban Tewas Topan Bualoi di Vietnam Bertambah Jadi 19 Orang
Sejak pekan lalu, ribuan anak muda turun ke jalan menentang kebijakan pemerintah yang dianggap gagal mengatasi krisis listrik dan udara. Aksi ini dengan cepat meluas karena dipicu frustrasi atas kemiskinan yang melanda Madagaskar.
Menurut catatan Bank Dunia, 75 persen dari 30 juta penduduk Madagaskar hidup di bawah garis kemiskinan. Hanya sekitar 36 persen penduduk memiliki akses listrik, itu pun dengan pemadaman berjam-jam setiap harinya.
Deutsche Welle (DW) melaporkan, sejumlah demonstran membawa spanduk bertuliskan “Kami ingin hidup, bukan bertahan hidup.”
Korban Jiwa dan Kerusuhan
Baca Juga: PBB Gelar KTT Rohingya di New York Bahas Krisis Kemanusiaan
Unjuk rasa berujung ricuh, menewaskan sedikitnya 22 orang menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Terjadi pula penjarahan di supermarket, toko, hingga bank, bahkan rumah-rumah politisi ikut menjadi sasaran.
Pemerintah memberlakukan jam malam dari sore hingga dini hari. Pasukan keamanan juga menggunakan peluru karet untuk membubarkan massa. Pada Jumat (26/9), Rajoelina memecat Menteri Energi sebagai bentuk tanggung jawab atas krisis.
Dialog dengan Generasi Muda
Dalam pidato Senin, Rajoelina menyampaikan pemahamannya terhadap kemarahan rakyat.
Baca Juga: PBB Tutup KTT dengan Seruan Perdamaian dan Aksi Iklim
“Saya memahami kemarahan, kesedihan, dan kesulitan yang ditimbulkan oleh pemadaman listrik dan masalah pasokan udara. Saya mendengar panggilan ini, saya merasakan penderitaan ini, saya memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Ia mengajak generasi muda untuk berdialog dan menjanjikan langkah-langkah dukungan bagi bisnis yang terkena dampak penjarahan.
Fenomena Bendera One Piece
Menariknya, para demonstran Gen Z juga mengibarkan bendera anime Jepang One Piece sebagai simbol ketidakpuasan mereka. Fenomena ini ternyata juga muncul di sejumlah negara lain, termasuk Indonesia, Filipina, Prancis, Nepal, dan Peru, di mana anak-anak muda menggunakan bendera tersebut sebagai simbol persatuan dalam protes besar.[]
Baca Juga: Mengaku Salah, Netanyahu Minta Maaf ke Qatar soal Serangan Doha
Mi’raj News Agency (MINA)