Nay Pyidaw, 12 Ramadhan 1435/10 Juli 2014 (MINA) – Presiden Myanmar Thein Sein berjanji akan menghukum siapa saja yang terlibat dalam bentrokan maut yang terjadi di Mandalay, kota terbesar kedua terbesar di Myanmar dan meminta warga mengungkap penghasut dan perusuh.
“Saya menyerukan semua warga negara untuk bekerja sama dengan pemerintah mencari para penghasut dan perusuh,” kata Thein Sain yang diberitakan oleh Rohingya News Agency dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Polisi mengatakan pihak berwewenang menahan hampir 400 orang setelah dua hari bentrokan antara umat Budha dan Muslim di kota Mandalay pekan lalu.
Presiden mengatakan warga negara harus menghormati hak-hak minoritas dan mengutuk para oknum yang sengaja mengorbankan kebencian antara umat Budha dan Muslim.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Kami juga akan mengambil tindakan jika merugikan keamanan negara dan kebebasan berekspresi,” tambahnya.
Pihak berweweng memberlakukan jam malam mulai Kamis lalu di enam kabupaten di kota Mandala dan ribuan tentara, menurut laporan media.
Kekerasan meletus setelah rumor tentang dua bersaudara Muslim yang memiliki kafe dituduh memperkosa seorang wanita Budha. Hal itu menyulut ketegangan ektrimis Budha dan diperparah mereka dilindungi oleh pasukan keamanan.
Ektrimis Budha yang dipimpin oleh biksu Wiratu yang dikenal dengan gerakan anti Muslim 969 dan biarawan radikal telah merusak Masjid dan menyerang Muslim serta mengancam akan membunuh mereka jika ditemukan di jalan-jalan.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Ekstrimis dan pasukan keamanan mengepung di sekitar dan merusak Masjid. Massa Budha telah banyak menghancurkan properti Muslim.
Pemerintah Myanmar secara terang-terangan terlibat dalam kerusuhan baru pada Juli 2014 karena sampai saat ini pemerinath tidak mengontrol massa Budhis meskipun jumlah aparat keamanan telah di tempatkan di Mandalay yang memadai.
Sejak 2012, gerakan anti Muslim 969 menghasut aksi rasisme di seluruh Myanmar dan memicu kekerasan dan dilakukan berbagai kejahatan termasuk Muslim Rohingya.
Menurut catatan yang diposting secara online oleh juru bicara Badan Pengungsi PBB (UNHCR) Adrian Edwards dalam jumpa pers di Jenewa, Selasa, 615 orang dilaporkan telah meninggal ketika melakukan perjalanan pada 2013. Korban tewas tahun lalu lebih besar lagi dengan jumlah 730 orang tewas selama pertengahan 2012.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan ‘mengatakan angka terbaru untuk mereka yang tinggal di kamp-kamp untuk pengungsi internal di negara bagian sebanyak 137.000 orang, mayoritas dari mereka adalah Rohingya.
Dengan ketegangan masih tinggi di negara bagian, dan keterbatasan akses terhadap bantuan kemanusiaan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan, membuat sebagian dari mereka mengambil resiko pergi dan meninggalkan kamp melalui laut.
“UNHCR memperkirakan lebih dari 86.000 orang telah meninggalkan Myanmar dengan kapal sejak Juni 2012. Ini mencakup lebih dari 16.000 orang pada semester kedua 2012, sebanyak 55.000 orang pada 2013 dan hampir 15.000 dari Januari hingga April tahun ini,” kata Edwards.(T/P08/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon