Ramallah, MINA – Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak permintaan Presiden AS Donald Trump untuk berbicara melalui telepon, kata seorang pejabat Palestina pada Senin (27/1).
Sebelumnya Trump telah mengajukan permintaan tersebut beberapa hari yang lalu, ujar pejabat tersebut yang meminta untuk tidak disebutkan namanya disebabkan keterbatasan berbicara kepada media.
Pekan lalu, Gedung Putih mengumumkan bahwa Trump akan bertemu pada Selasa (28/1) dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, termasuk dengan pemimpin Partai Blue and White Benny Gantz.
Menurutnya, mereka akan membahas prospek kesepakatan damai Timur Tengah yang kontroversial, yang dinamai “Kesepakatan Abad Ini”.
Baca Juga: Banyak Tentara Israel Kena Mental Akibat Agresi Berkepanjangan di Gaza
Abbas telah beberapa kali mengumumkan penolakannya untuk menerima rencana AS, disebabkan Trump tidak membahas masalah-masalah Yerusalem, pengungsi, dan perbatasan.
Media Channel 12 dan 13 Israel mengatakan bahwa rencana Trump akan mengakui kedaulatan Israel terhadap hampir semua permukiman ilegal menurut hukum internasional yang diduduki di Tepi Barat.
Langkah tersebut dinilai akan efektif dalam memindahkan perbatasan Israel yang diakui AS lebih jauh ke timur di wilayah Palestina dan kedaulatan Israel akan diakui di seluruh Yerusalem, sebagai ibu kota negara masa depan Israel.
Rencana itu juga akan akan mengakui negara Palestina yang didemiliterisasi. Sehingga para pejabat Palestina sangat tidak mungkin menerima rencana tersebut, termasuk akan menuntut perlucutan senjata Hamas dan pengakuan bangsa Palestina atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (T/Mee/RI-1)
Baca Juga: Dipimpin Ekstremis Ben-Gvir, Ribuan Pemukim Yahudi Serbu Masjid Ibrahimi
Mi’raj News Agency (MINA)