Teheran, MINA – Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan dapat membuat ekspor minyak ke negara Republik Islam itu jatuh hingga ke titik nol.
Washington mengumumkan sanksi baru pada hari Senin (5/11) dengan menargetkan sektor energi dan keuangan Iran bersama dengan industri pelayarannya. Seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Berbicara selama pertemuan dengan Ketua Parlemen Ali Larijani dan Kepala Kehakiman Sadeq larijani, Rouhani mengatakan sanski AS sebagai sanksi yang salah dengan menargetkan kehidupan rakyat Iran yang telah memiliki sikap tegas terhadap negara adidaya tersebut.
“Karena ketika Anda menerapkan sanksi pada bank, Anda menargetkan obat dan kebutuhan medis lainnya,” Rouhani menjelaskan pada Sabtu (10/11).
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Pekan lalu, pemerintah AS mengatakan akan mengeluarkan izin sementara kepada delapan negara importir untuk melanjutkan perdagangan minyak dengan Iran.
Meskipun administrasi Trump belum mengumumkan kedelapan negara tersebut, importir minyak Iran seperti China, India, Korea Selatan, Turki, Italia, Uni Emirat Arab. Jepang dan Taiwan, sementara ini diharapkan terus membeli minyak Iran.
Ketegangan antara Washington dan Teheran meningkat sejak Mei, ketika Trump secara sepihak menarik negaranya dari perjanjian nuklir penting tahun 2015 yang ditandatangani antara Iran dan kelompok negara P5 + 1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB: AS, Rusia, China, Inggris , dan Prancis, ditambah Jerman).
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat
Kesepakatan 2015 menempatkan pembatasan ketat pada program nuklir Iran dengan imbalan miliaran dolar dalam bantuan sanksi.
Dia juga mengumumkan bahwa dia akan mengembalikan sanksi terhadap Teheran, yang dicabut oleh perjanjian itu sebagai pertukaran untuk pembatasan ketat program nuklir negara itu.
Pada 2 Juli, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan niatnya untuk mengurangi pendapatan minyak Iran ke nol. Hari berikutnya, Rouhani memperingatkan bahwa jika AS menghambat ekspor minyak Iran, orang-orang dari produsen minyak lain di kawasan itu akan mengalami nasib yang sama.
Selanjutnya, pada bulan Agustus, AS memberlakukan sanksi ekonomi babak pertama terhadap Iran, yang terutama menargetkan sektor perbankan negara. (T/RS3/RI-1)
Baca Juga: Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Kuwait
Mi’raj News Agency (MINA)