Jakarta, 9 Syawal 1434/16 Agustus 2013 (MINA) – Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan, penggunaan kekuatan dan senjata dalam menangani aksi demonstrasi di Mesir secara berlebihan bertentangan dengan nilai demokrasi dan kemanusiaan sehingga harus segera dihentikan.
“Jadi, harus segera dihentikan. Penggunaan kekuatan dan senjata militer terhadap demonstran di Mesir, apalagi berlebihan, bertentangan dengan nilai demokrasi dan kemanusiaan,” tegasnya dalam akun media sosial twitternya @SBYudhoyono, di Jakarta, Kamis (15/8).
Ia menambahkan, situasi di Mesir makin memprihatinkan. Korban jiwa mulai berjatuhan dan Indonesia berharap keadaan tidak memburuk, paparnya, seperti dilaporkan situs resmi MUI dikutip MINA (Mi’raj News Agency).
“Saya berpendapat meskipun solusinya haruslah didahului dengan penghentian semua aksi kekerasan dari kedua belah pihak, kalangan rakyat sipil dan militer di Mesir harus bekerjasama untuk mengelola reformasi di negara tersebut dengan lebih baik. 15 tahun lalu, Indonesia juga mengalami goncangan politik dan keamanan. Namun bisa diatasi karena militer dan rakyat sipil berkerjasama untuk reformasi,” paparnya.
Baca Juga: Jawa Tengah Raih Penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah 2024 untuk Pelayanan Publik
Sementara itu, Menurut SBY, militer Indonesia telah melakukan reformasi internal dan mendukung demokrasi. Pemimpin politik sipil juga dengan bijak mengajak militer untuk bersama melakukan perubahan, katanya.
Sehingga proses reformasi di Indonesia bisa berlangsung dengan baik dan damai. “Saya berharap agar kekerasan di Mesir segera berakhir,” ujarnya.
Wapres Mesir Mundur
Sementara itu, Wakil Presiden Mesir Muhammad Elbaradei pada Rabu (14/8) mengundurkan diri sebagai protes atas pembubaran paksa pengunjuk rasa damai pendukung presiden terguling Muhammad Mursi oleh militer, laporan kantor berita Mesir (MENA), Elbaradei mengutuk keras operasi pembubaran unjuk rasa secara paksa tersebut.
Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah
Ancaman pengunduran diri Elbaradei itu sempat terdengar pekan lalu ketika Presiden sementara, Adly Mansour dan Panglima Militer, Abdul Fatah Al-Sisi bersikeras akan membubarkan unjuk rasa secara paksa.
Selanjutnya, Mantan Ketua Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan peraih Nobel Perdamaian itu berperan penting dalam penggulingan Mursi dan bergabung dengan pemerintah transisi.
Para pengamat menilai, pengunduran diri Albaradei ini menjadi awal perpecahan dalam pemerintahan transisi.
Tokoh IM Ditangkap
Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?
Sementara itu, sedikitnya delapan pemimpin senior Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir ditangkap di Bundaran Rabiah Al-Adawiyah di dekat Kota Nasr di Kairo, selama operasi oleh polisi untuk membubarkan pendukung presiden terguling Muhammad Mursi, kata TV resmi, pada Rabu (14/8).
Pemimpin Ikhwanul Muslimin yang ditangkap adalah Essam Al-Erian, Wakil Ketua Partai Kebebasan dan Keadilan gerakan itu (FJP), Muhammad Al-Beltagi, seorang anggota senior IM, Safwat Hegazi, seorang tokoh agama, dan Jurubicara IM Ahmed Aaref.
Pasukan keamanan telah sepenuhnya menguasai bundaran itu, yang telah dipantang sebagai lokasi utama aksi duduk pendukung Mursi sejak presiden terpilih Mesir tersebut digulingkan pada 3 Juli 2013 lalu.
Sementara itu, pendukung presiden terguling Muhammad Mursi akhirnya juga dipaksa meninggalkan Bundaran Rabiah Adawiyah di Kairo Timur pada Rabu setelah sekitar 11 jam serangan sengit aparat keamanan.
Baca Juga: Jurnalis Antara Sampaikan Prospek Pembebasan Palestina di Tengah Konflik di Suriah
Ribuan orang itu tampak letih meninggalkan bundaran pada pukul 18.00 waktu setempat atau 23.00 WIB sambil mengangkat kedua tangan ke kepala.
Beberapa saat sebelumnya helikopter militer menyebarkan selebaran dari udara berisi imbauan bahwa mereka dijamin keamanannya saat meninggalkan bundaran melalui Jalan Nasser dan Yusuf Abbas, arah barat Bundaran Rabiah.
Operasi gabungan tentara dan polisi yang didukung tank tempur, panser dan buldoser mulai melancarkan serangan ke Bundaran Rabiah dan Bundaran Al-Nahdhah di Kairo Barat pada Rabu pagi pukul 07.00 waktu setempat.
Pendukung Mursi menduduki kedua bundaran di ibu kota negara itu sejak 27 Juni menjelang penggulingan presiden terpilih, Mursi dalam kudeta militer pada 3 Juli 2013. Ikhwanul Muslimin pendukung Mursi menuntut keabsahan Presiden Mursi dikembalikan. (T/P012/P02)
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak