Kairo , 22 Rabi’ul Awwal 1435 / 24 Januari 2014 ( MINA ) – Presiden sementara Mesir, Adli Mansour menyatakan, Mesir tengah memulai era baru, didukung polisi untuk mempertahankan martabat bangsa dan menjaga keamanan selgenap warga negeri itu.
Adli Mansour mengatakan hal itu pada perayaan Hari Polisi Mesir, Kamis, ditengah gelombang protes atas kekerasan yang dilakukan polisi negara tersebut saat mengamankan aksi demonstrasi damai oleh para pendukung Ikhwanul Muslimin sejak Juli 2013 lalu, demikian dilaporkan Jordan Times dan dikutip Mi’raj News (MINA), Jumat.
Amnesti Internasional yang berbasis di London, Kamis, melaporkan Otoritas pemerintah sementara Mesir menggunakan kekuatan militer untuk meredam aksi-aksi yang dilakukan para pendukung presiden terguling Muhammad Mursi.
“Mesir telah menyaksikan serangkaian pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM) dan kekerasan negara dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya selama tujuh bulan terakhir,” kata Hassiba Hadj Sahraoui, wakil direktur Amnesti Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara dalam website resminya.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Amnesti menggambarkan kondisi di Mesir dalam situasi yang masih suram dengan tidak adanya hak dan kebebasan sejak militer menggulingkan presiden Muhamad Mursi. “Pelanggaran Hak Asasi Manusia belum berakhir, ” tulis laporan itu.
Setelah kudeta, Mesir nampaknya “memberangus” kebebasan berekspresi rakyat, kata Sahraoui menyinggung hukum demonstrasi baru di Mesir yang dianggap menghilangkan hak untuk berekspresi. Dia juga mengatakan Mesir juga telah memberikan kekuatan berlebihan untuk pasukan keamanan sehingga mereka bisa berbuat di atas hukum terhadap rakyat dan tidak diadili karenanya.
“Dengan langkah-langkah tersebut, Mesir seperti kembali mundur pada jalan penindasan dan pertentangan. Kecuali pihak berwenang mengubah arah dan mengambil langkah-langkah konkret untuk menunjukkan mereka menghormati hak asasi manusia dan aturan hukum, dimulai dengan pembebasan segera dan tanpa syarat para tahanan (aktivis di penjara Mesir),” tegas Sahraoui.
Dalam pidato akhir pekan lalu Presiden sementara Mesir Adly Mansour menjelaskan konstitusi baru Mesir membuka jalan membangun sebuah negara yang menghormati “kebebasan, demokrasi dan HAM”.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Pada kenyataannya, keadaan saat hak asasi manusia (di Mesir) dalam kondisi buruk bukan kepalang. Pemerintah Mesir akan dinilai oleh perbuatannya, bukan kata-kata nya,” tegasnya Sahraoui mengomentari pernyataan Mansour.
Dalam beberapa bulan terakhir, kekerasan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya meningkat di Mesir, dan menurut Amnesti Internasiona, pasukan keamanan melakukan pelanggaran HAM berat secara rutin menggunakan kekuatan mereka secara berlebihan, termasuk kekerasan terhadap demonstran oposisi dan pada demonstrasi di kampus universitas.
Sejak 3 Juli 2013, 1.400 orang telah meninggal dalam kekerasan politik, sebagian besar dari mereka meninggal karena kekuatan berlebihan yang digunakan pasukan keamanan. Tidak ada investigasi yang dilakukan terhadap kematian lebih dari 500 pendukung Mursi ketika aparat keamanan membubarkan aksi protes damai di Rabaa al-Adawiyah pada Agustus 2013. Tidak satu pun anggota pasukan keamanan didakwa sehubungan dengan insiden pertumpahan darah pada skala belum pernah terjadi sebelumnya.(T/P04/E02/Mi’raj News)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Anda juga dapat mengakses berita-berita MINA melalui handphone.