Jakarta, MINA – Dalam rangka memperingati dan memaknai Isra Mi’raj dalam perspektif kekinian, Pimpinan Pusat Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI) bersama Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) menggelar Webinar Isra Mi’raj 1443 H bertajuk “RISALAH PRIMA – Isra Mi’raj Nabi, Atara Mitos, Mukjizat dan Milestone Keimanan.”
Webinar bertema “Membahas Makna Isra Mi’raj dalam Perspektif Saintifik Keagamaan” ini digelar secara virtual melalui Live Zoom Meeting,serta disiarkan secara langsung melalui Live Streaming FB PRIMA DMI dan YouTube Channel Official MINANEWS TV, Ahad malam (6/3).
Webinar ini menghadirkan narasumber Ketua Umum PP PRIMA DMI Ahmad Arafat Aminullah, S.T.; Ketua PW PRIMA DMI BANTEN sekaligus Dai Milenial, dan Komisioner KPID Provinsi Banten Dr. Efi Afifi; dan pengajar di University College London dan Queen Mary University of London, Dr. Zico Putra Hasan, MSc.
Ahmad Arafat mengatakan, program RISALAH PRIMA yang kepanjangan dari Safari Dirosah dan Halaqoh PRIMA DMI menjadi platform bagi generasi muda remaja masjid untuk saling berkolaborasi dalam meningkatkan kapasitas untuk membangun peradaban yang bermula dari masjid.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
“RISALAH PRIMA sebagai kajian kontemporer, kontemplatif dan kontekstual dalam spirit untuk menjadi Abdullah yang meneguhkan kepribadian dirinya dengan bekal shalat, dan berawal dari kecintaan pada masjid-Nya,” kata Ahmad saat menyampaikan materi dalam webinar tersebut.
Menurutnya, peristiwa Isra Mi’raj merupakan satu di antara mukjizat Nabi Muhammad Shallahu Aalaihi Wassallam, sekaligus sebagai bukti kenabian dan kerasulan belia merupakan perjalanan yang berawal dan berakhir di masjid.
“Untuk itu, keajaiban kehidupan umat Islam dalam membangun peradaban harus senantiasa berporos pada masjid, yakni memakmurkan dan dimakmurkan masjid,” ujar Ahmad.
Dia juga mengatakan, peristiwa Isra Mi’raj memiliki nilai bagaimana umat Islam itu mempunyai peran tanggung jawab lebih besar untuk menjaga persatuan dan kesatuan demi mewujudkan perdamaian dunia. Persatuan ini tentu bisa dilihat dari seberapa solidaritas umat Muslim ketika terjadi sesuatu yang menimpa saudara-saudaranya seiman.
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
“Apakah sudah cukup solidaritas kita dalam membagi rasa kemanusiaan apabila terjadi penindasan berpuluh-puluh tahun bagi saudara-saudara kita di Palestina. Apakah kita sudah cukup memberikan solidaritas ketika ternyata di sebuah negara yang sangat besar di Cina ada satu etnis Muslim Uighur yang bahkan dikatakan sudah mengalami genosida saat ini, serta di India di mana kaum Muslimah dibatasi menggunakan hijab, kemudian di tempat-tempat lainnya masih ada saudara kita yang menderita karena ketidakadilan,” pungkasnya.
Sementara Dr. Zico Putra Hasan, MSc, memaparkan bagimana Isra dan Mi’raj adalah sebuah fenomena perjalanan yang sangat mungkin terjadi dan bisa dijelaskan kemungkinannya dari sisi keilmuan masa kini.
Isra Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad Shallahu Aalaihi Wassallam yang ditempuh dalam waktu semalam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Kota Al-Quds (Yerussalem). Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanan dari bumi menuju langit ke tujuh sampai Sidratul Muntaha.
Menurutnya, ada banyak petunjuk yang diberikan oleh penemuan ilmiah modern yang menjelaskan pemahaman tentang peristiwa ini dan menegaskan keyakinan kita dalam perjalanan Nabi Muhammad untuk menerima perintah sholat tersebut.
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina
Misalnya, hadits menyebutkan beberapa ciri menarik dari binatang yang disebut buraq yang mengangkut Nabi Muhammad dalam perjalanan tersebut.
Istilah yang digunakan oleh Nabi Muhammad Shallahu Aalaihi Wassallam yang menggambarkan makhluk ini tidak diketahui disebut Buraq yang berarti petir, berkilauan.
Ini menyiratkan bahwa makhluk atau hewan yang penampilannya mirip dengan lebih kecil dari keledai dan lebih besar dari keledai ini, mungkin telah diciptakan dari bentuk cahaya khusus yang tidak terlihat oleh penglihatan kita.
Menjadi putih mungkin bukan warnanya tetapi menyiratkan kecerahan penampilannya. Retina manusia tidak dapat mendeteksi banyak sinar dan frekuensi yang ada dalam spektrum elektromagnetik kita.
Baca Juga: Ribuan Warga Yordania Tolak Pembubaran UNRWA
“Makna dibalik peristiwa penting Isra Mi’raj adalah bahwa tidak ada pikiran akal manusia yang akan mampu menyamai atau bahkan mendekati kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujarnya.
Dr. Efi Afifi memandang esensi Isra Mi’raj adalah mendorong umat terus membangun dan mengembangkan peradaban Islam. Sementara pengembangan peradaban itu bertumpu pada konsep Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam.
“Isra Mi’raj suatu peristiwa suprarasional yang dialami Nabi Muhammad menjadi tonggak sejarah penting dari rangkaian perjuangan Nabi dalam membangun masyarakat berkeadaban dan berkeadilan bagi seluruh umat,” tambahnya. (L/R1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Wasekjen MUI Ingatkan Generasi Muda Islam Tak Ikuti Paham Agnostik