Washington, MINA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto baru-baru ini mengungkapkan, produk tekstil Indonesia menghadapi tarif masuk yang signifikan di pasar Amerika Serikat, yang dapat mencapai hingga 47 persen.
Pernyataan ini muncul di tengah upaya pemerintah Indonesia untuk menegosiasikan penurunan tarif dengan AS guna melindungi industri tekstil nasional yang terdampak.
Pemerintahan Presiden Donald Trump telah memberlakukan tarif sebesar 32 persen terhadap sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Namun, tarif ini saat ini ditangguhkan selama 90 hari untuk memberikan ruang bagi negosiasi. Sebagai respons, Indonesia mengirim delegasi tingkat tinggi ke Washington, dipimpin oleh Airlangga Hartarto, untuk membahas solusi yang saling menguntungkan.
Baca Juga: Perubahan Strategi di Timteng, AS Tarik Pasukan dari Suriah
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia menawarkan peningkatan impor produk AS senilai antara $18 hingga $19 miliar, termasuk sekitar $10 miliar untuk energi.
Langkah ini bertujuan untuk mengurangi surplus perdagangan Indonesia dengan AS, yang pada tahun 2024 mencapai $16,8 miliar.
Industri tekstil Indonesia sangat bergantung pada pasar ekspor, dengan AS sebagai salah satu tujuan utama. Tarif tinggi yang dikenakan membuat produk tekstil Indonesia kurang kompetitif dibandingkan negara-negara seperti Vietnam, yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan menikmati tarif lebih rendah.
Situasi ini menyebabkan beberapa perusahaan tekstil besar di Indonesia mengalami kesulitan, bahkan ada yang menyatakan bangkrut.
Baca Juga: Kemlu Prancis: Bantuan Kemanusiaan Harus Diizinkan Masuk ke Gaza.
Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya menyelesaikan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) untuk memperluas pasar ekspor dan mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
Uni Eropa merupakan pasar terbesar bagi produk tekstil Indonesia, menyumbang sekitar 30 persen dari permintaan global.
Selain itu, pemerintah juga merencanakan revitalisasi industri tekstil melalui subsidi investasi dan program modernisasi peralatan produksi. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri tekstil Indonesia di pasar global. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Meta Hapus 90.000 Unggahan Pro-Palestina atas Permintaan Israel