Jakarta, 18 Jumadil Akhir 1437/28 Maret 2016 (MINA) – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kembali mengidentifikasi minat investasi dari produsen susu ternama Selandia Baru yang berminat untuk menanamkan modalnya di bidang Peternakan Sapi Perah terintegrasi dengan industri pengolahan susu.
Investor Selandia Baru tersebut melihat perkembangan industri susu di Indonesia sangat baik dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadikan Indonesia pasar yang besar.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa salah satu hal yang menjadi concern bagi industri pengolahan susu di Indonesia saat ini adalah terkait ketersediaan susu sapi segar sebagai bahan baku untuk menggantikan bahan baku yang masih banyak diimpor.
“Investor Selandia Baru tersebut ingin berinvestasi di bidang peternakan sapi perah dengan tujuan memenangkan pasar dalam negeri dan mengamankan bahan baku bagi industri pengolahan susu yang dimiliki,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (28/3).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Menurut Franky, porsi investasi investor terkait dalam investasi yang masuk dari Selandia Baru cukup besar. Realisasi Investasi dari Selandia Baru sendiri tercatat dalam kurun waktu 2010-2015 sebesar US$ 38 juta, dimana US$ 29 juta dari nilai tersebut merupakan angka realisasi investasi dari investor Selandia Baru.
“Dengan adanya minat investasi perluasan di bidang usaha peternakan sapi perah ini diharapkan dapat semakin meningkatkan nilai investasi dari Selandia Baru,” jelasnya.
Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa dari hitungan BKPM apabila seluruh produksi susu segar yang saat ini telah tercatat dalam izin usaha tetap sebesar 12 ribu metrik ton pertahun ingin disupply oleh peternakan sapi milik sendiri di Indonesia.
“Mereka setidaknya harus memiliki lebih dari 3.000 ekor sapi perah dengan perkiraan investasi mencapai US$ 8-10 juta. Nilai ini baru hanya atas pembangunan peternakan dengan kapasitas existing dan diluar rencana penambahan kapasitas produksi,” ungkapnya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Franky juga mengemukakan, kondisi produksi susu nasional saat ini masih banyak tergantung pada bahan baku impor, baru beberapa perusahaan yang memiliki industri pengolahan susu yang terintegrasi dengan peternakan sapi perah.
“Ini yang mulai disadari oleh para produsen susu. Mereka mulai menyiapkan peternakan sapi terintegrasi untuk mendukung penjualan produk-produk mereka di Indonesia. Selain dari Selandia Baru, tercatat produsen susu Australia juga berminat mengembangkan peternakan sapi perah di Indonesia,” ungkapnya. (L/P010/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon