Jakarta, MINA – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof DR Didin Hafidhuddin menyampaikan bahwa seorang muslim dapat menjadikan ujian pandemi ini sebagai bahan muhasabah atau instropeksi diri.
“Supaya ada perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Maka selalu berprasangka baik dalam kondisi apapun akan menjadi wasilah dalam meningkatkan amal menuju kesempurnaan iman,” kata Didin dalam pengajian rutin bulanan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dengan tema ”Menjaga Prasangka Baik di Masa Pandemi” secara virtual, Senin (25/1).
Menurutnya, ini menjadi peluang dalam meningkatkan kreativitas dan produktivitas amal. Sesulit apapun masalah yang dihadapi seorang muslim harus tetap memiliki semangat kreatif dan inovatif membangun kehidupan yang lebih baik.
“Semangat produktif ini sebagai wujud bukti husnudzon kepada Allah termasuk dalam kegiatan ekonomi,” ucap Didin.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Ia menjelaskan, bahwa setiap kegiatan ekonomi dalam Islam, selalu melibatkan unsur ta’awun yang sangat tinggi. Apalagi dalam kegiatan asuransi syariah yang memiliki prinsip tabarru.
Karena itu, lanjutnya, prinsip asuransi syariah ini adalah sistem ekonomi yang paling cocok dikembangkan di Indonesia, apalagi dalam kondisi seperti ini.
Didin mengatakan, dari mekanisme asuransi syariah ini ada sinergi untuk berta’awun dengan risiko yang ditanggung bersama-sama. Artinya, unsur feodalistik itu sangat jauh dari prinsip asuransi syariah.
“Prinsip ta’awaun itu yaitu konsep tangan diatas yang selalu memberi dan konsep seperi ini akan memberikan kekuatan untuk jiwa dan rohani,” ungkapnya.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Konsep memberi itu, lanjutnya, adalah sumber income bagi orang yang menyadari. Jangan disangka bahwa apa yang kita berikan kepada orang lain dalam berta’awun itu berarti harta kita hilang. Bahkan itu menjadi modal untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Dan itu ada pada prinsip asuransi syariah, karena semangat berbaginya sangat tinggi sekali.
”Dari prinsip ekonomi Islam seperti ini, maka roda ekonomi itu diputar sedemikian rupa, karena harta itu tidak terakumulasi oleh seseorang, langsung diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Jadi asuransi syariah itu sudah tepat sekali untuk mendukung roda perekonomian. Untuk itu harus didukung dan dikuatkan oleh kita semua.” kata Didin.
Direktur Eksekutif AASI, Erwin Noekman mengatakan apa yang disampaikan tidak hanya menjadi teori dalam sistem perekonomian bangsa, namun juga dapat diwujudkan di tengah-tengah masyarakat, termasuk dalam menjalankan prinsip asuransi syariah.
”Dalam asuransi syariah, tujuan peserta bukan lagi berharap untuk mengambil manfaat dari klaim. Tapi memberikan manfaat untuk orang lain. Yaitu dengan konsep berbagi dan memberi,” pungkas Erwin. (L/R4/P2)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Mi’raj News Agency MINA