Pangkalpinang, MINA – Tidak akan maju bangsa Indonesia ini jika masih mempertentangkan agama dengan pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof. Didin Hafiduddin, MA pada pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII di Pangkalpinang Bangka Belitung, Rabu, (26/2) malam.
“Diperlukan kesadaran transendental, tidak akan maju Indonesia ini tanpa adanya kesadaran agama,” katanya pada pembukaan yang secara seremonial dibuka oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Menurutnya, sudah tidak waktunya lagi mempertentangkan agama dan pancasila. “Jika masih ada, maka itu pernyataan yang tidak bertanggung jawab dan tidak faham sejarah,” tegasnya.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Karenanya, paling tidak ada tiga kosakata yang ditekankan dalam KUII ini, yakni maju, adil, dan beradab.
“Saya tekankan beradab, masalah yang penting umat manusia saat ini adalah the lost of adab. Tugas kita membangun ruh agama dan kehidupan bangsa dan bernegara. Adab sebelum ilmu, beradab dulu baru belajar ilmu,” ujarnya.
Hadir pada pembukaan KUII, Menkes, Menpora, Wakil Ketua Mahkamah Agung, Gubernur Bangka Belitung, Wantim MUI dan lain-lain.
Lebih dari 1.000 peserta KUII ditambah 250 tamu undangan dari berbagai elemen hadir pada pembukaan KUII VII yang diadakan 26-29 Februari ini.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Peserta merupakan perwakilan dari ulama, organisasi masyarakat, tokoh agama, dari berbagai daerah se-Indonesia. (L/B03/RS2).
Mi’raj News Agency (MINA).