Jakarta, MINA – Prof. Dr. Muhayatun, MT, Peneliti Ahli Utama pada Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir, Organisasi Riset Tenaga Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), berhasil meraih penghargaan tinggi yakni G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2022.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko Senin (12/12) di Jakarta, menjelaskan, penyelenggaraan G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2022 bentuk penghormatan atas jasa-jasa Prof. Dr. Gerrit Augustinus Siwabessy sebagai Bapak Atom Indonesia terhadap perkembangan kenukliran.
G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2022 merupakan kegiatan keilmuan dalam bentuk orasi ilmiah yang disampaikan oleh individu yang berjasa dalam penemuan, pengembangan, dan penyebarluasan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir, serta memiliki kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia
Aplikasi teknologi nuklir telah dimanfaatkan secara luas di berbagai bidang, mulai dari bidang industri, kesehatan, pangan, sumber daya alam, energi, lingkungan dan sebagainya.
Baca Juga: Syeikh El-Awaisi: Cinta di Balik Nama Baitul Maqdis
“G.A. Siwabessy Memorial Lecture, merupakan penghargaan life time achievement yang diberikan kepada mereka yang memiliki kontribusi dan sumbangsih bagi bangsa dan negara di bidang nuklir,” kata Handoko .
Tahun ini, BRIN memberikan apresiasi kepada Prof. Dr. Muhayatun, M.T., sebagai pemberi kuliah ilmiah G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2022 pada Senin (12/12), di Kawasan BRIN, Gatot Subroto, Jakarta.
“Untuk itu, kami ucapkan selamat dan bangga, kepada Prof. Muhayatun atas prestasi ilmiah, serta peran besarnya dalam mengembangkan teknologi analisis nuklir untuk inovasi nasional dan internasional. Semoga menjadi inspirasi bagi generasi muda, layaknya inspirasi yang ditumbuhkan oleh Prof. G.A. Siwabessy,” ucap Handoko.
Prof. Muhayatun peneliti perempuan yang memiliki kepakaran di bidang teknik analisis nuklir tersebut menamatkan pendidikan di SMAN 2 Surabaya dan kemudian melanjutkan ke jenjang universitas dan mendapatkan gelar sarjana hingga doktor dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca Juga: Tinjau Program Bantuan di Herat, MER-C Kirim Tim ke Afghanistan
Kepakaran perempuan yang lahir di Surabaya pada 18 Juli 1964 ini tidak lepas dari berbagai pengalaman dan penelitian yang sudah ia jalani di bidangnya antara lain RCA Research contract RCARP1 (Phase-1 dan Phase-2): Air Quality and Environment Impact Assessment of Industrial activities in Asian Region; Program Riset Nasional, Sistem Pemantauan Multi Polutan Udara dan Radiasi Lingkungan Terintegrasi; Program Riset Nasional.
Selain itu, Asesmen Pencemaran Lingkungan Daerah Industri dan Perkotaan Berbasis Teknik Analisis Nuklir; LPDP Mandatory-National Research Priorities, Teknik Analisis Nuklir dalam Asesmen Dampak Kegiatan Industri Terhadap Pencemaran Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat dan lain sebagainya.
Muhayatun menyatakan, saat ini dirinya tengah mengembangkan riset yang berfokus pada pemanfaatan dari teknik analisis nuklir untuk penguatan-penguatan riset di bidang lingkungan dan kesehatan.
“Di bidang lingkungan kita memanfaatkan teknik analisis nuklir untuk melakukan karakterisasi terhadap partikulat udara. Dimana dengan karakterisasi yang detil kita mampu menginterpretasi lebih jauh terkait sumber-sumber pencemar yang ada,” jelasnya saat menyampaikan kuliah ilmiahnya.
Baca Juga: Masa Tenang Pilkada 2024 Dimulai Hari Ahad Ini
Dia mengatakan, dengan kita dapat menginterpretasikan kontribusi dari pencemar yang ada, maka ini bisa dijadikan strategi dalam mereduksi polutan-polutan yang ada untuk dapat mendapatkan kualitas udara yang baik.
“Kemudian riset terkait teknik analisis nuklir ini juga dikembangkan untuk karakterisasi bahan pangan di mana salah satunya didedikasikan terkait permasalah gizi di Indonesia, salah satunya termasuk stunting,” ujarnya.
Doktor bidang MIPA kimia tersebut mengatakan nuklir merupakan suatu teknologi yang unik.
Dia berharap ke depan nuklir mampu berperan banyak dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diprediksi Berawan Tebal Akhir Pekan Ini
Semakin banyak teknologi ini diimplementasikan tentunya ini akan mendorong kemajuan dan kemandirian bangsa.
Sebagai bentuk kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan, Muhayatun juga aktif dalam berbagai organisasi profesi ilmiah salah satunya Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia.
Berada di posisi ini dengan berbagai riset dan pencapaian yang telah didapatkan tentu bukan hal yang mudah, berbagai
rintangan dan tantangan telah ia lalui. Dengan bersinergi dan berkolaborasi Muhayatun berhasil membuktikan dapat berkontribusi nyata untuk kemampuan pemanfaatan teknoogi nuklir di Indonesia.
Baca Juga: Hikmah Kisah Maryam, Usaha Maksimal untuk Al-Aqsa
Kepakaran Muhayatun juga sudah ia tuangkan dalam dua buah buku berjudul Handbook of Advanced Approach Towards Pollution Prevention and Control, Utilization of microsensors for Air-quality monitoring system dan Analisis Kualitas Udara dan Hubungannya dengan Disposisi Basah di Semarang.
Selama 30 tahun sebagai periset, Muhayatun juga telah banyak menghasilkan kontribusi ilmiah di antaranya mempublikasikan ratusan jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional.
Selain itu, ia juga aktif bekerjasama dan berkolaborasi riset dengan berbagai pihak diantaranya Austalian Nuclear Science and Technology Organisation (ANSTO), International Atomic Energy Agency (IAEA), dan Regional Cooperative Agreement Regional Office (RCARO).
“Penghargaan G.A Siwabessy Lecture tahun 2022 ini merupakan sebuah kehormatan buat saya, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Tentunya ini akan memicu lebih keras lagi dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi nukir di Indonesia,” pungkasnya.
Baca Juga: Perintah Membaca Sebelum Bebaskan Al-Aqsa
“Saya yakin rekan-rekan saya yang lain juga punya kontribusi yang banyak terkait pemanfaatan teknologi nuklir di Indonesia. Kita bersama-sama akan bersinergi untuk membangun negara ini menjadi lebih baik lagi,” tambahnya.
Penghormatan BRIN untuk Bapak Atom Indonesia
Prof. Dr. Gerrit Augustinus Siwabessy adalah seorang dokter yang mendalami ilmu radiologi.
Pada 1954, bangsa Indonesia khawatir dengan adanya percobaan-percobaan senjata nuklir di wilayah Pasifik setelah Perang Dunia ke-2.
Baca Juga: Menag Bertolak ke Saudi Bahas Operasional Haji 1446 H
Presiden Soekarno saat itu membentuk Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet, sebagai upaya melindungi NKRI dari risiko lepasan radiasi, dan menunjuk G.A. Siwabessy sebagai Ketua Panitia.
Di sisi lain, Prof. Siwabessy sangat aktif terhadap perkembangan kenukliran, hingga memahami bahwa pemanfaatan nuklir tidak hanya untuk persenjataan saja, namun untuk berbagai macam bidang, seperti kesehatan dan pertanian.
Kompetensi dan kegigihan inilah yang kemudian mendorong Presiden Soekarno menunjuknya sebagai Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional pertama, kemudian diangkat menjadi Menteri Badan Tenaga Atom Nasional pada 1965, yang dikenal sebagai BATAN, dan sekarang menjadi bagian dari BRIN.
Pada 1966, Prof. Siwabessy ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Di kemudian hari, nama Siwabessy diabadikan sebagai nama reaktor riset terbesar di Indonesia, dan salah satu yang ternama di kawasan Asia.
Baca Juga: Polisi Amankan Uang Rp150 M dari Kasus Judol
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Prof. Siwabessy sebagai Bapak Atom Indonesia terhadap perkembangan kenukliran, BRIN menyelenggarakan G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2022.(L/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Polisi Tangkap Satu DPO Kasus Judol, Uang Rp5 M Diamankan