Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prof Euis Sunarti Berikan Tips Cegah Krisis Keluarga Saat Pandemik COVID-19

Rana Setiawan - Sabtu, 25 April 2020 - 22:19 WIB

Sabtu, 25 April 2020 - 22:19 WIB

7 Views

Bogor, MINA – Guru Besar IPB University bidang Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga, yang juga Ketua Klaster Ketahanan Keluarga API (Asosiasi Profesor Indonesia), Prof Euis Sunarti berikan tips mencegah potensi krisis keluarga saat pandemik COVID-19. Ada delapan cara yang menurutnya bisa mencegah potensi krisis.

Pertama, menguatkan spiritualitas dan religiusitas, keimanan terhadap takdir, pemaknaan positif terhadap ikhtiar, ujian dan cobaan dalam hidup dan meningkatkan ibadah anggota keluarga.

Kedua adalah menilai ulang kapasitas ekonomi keluarga untuk dapat bertahan di tengah situasi yang tidak diinginkan. Mencegah tekanan ekonomi keluarga dengan mengatur ulang prioritas kebutuhan dan pengeluaran keluarga, termasuk penggunaan kembali sumberdaya yang ada.

“Ketiga, kita perlu memperluas ruang yang komunikasi dan mendorong komunikasi yang mendalam (deeper communication) antar anggota keluarga. Menjadikan keluarga sebagai tempat terpercaya bagi seluruh anggotanya untuk mengekspresikan pemikiran, perasaan, dan tempat paling terpercaya untuk berbagi rahasia,” ujarnya, sebagaimana keterangan yang diterima MINA, Sabtu (25/4).

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

Keempat, periksa keterbatasan dan kelemahan dalam organisasi dan sistem keluarga. Perbaiki serta kuatkan struktur dan fungsi organisasi keluarga agar mampu menghadapi situasi yang tidak diinginkan. Kelola dan alokasikan sumberdaya secara adil dan cerdas untuk menjamin keberlanjutan sistem keluarga.

Prof Euis mengatakan, meningkatkan kapasitas penyesuaian, adaptasi, fleksibilitas, pengelolaan dan penerimaan terhadap perubahan-perubahan dan ketegangan keluarga agar kehidupan keluarga tetap seimbang dan stabil serta terhindar dari situasi yang menekan (depresi). Khususnya bagi keluarga yang tergolong “fragile” (gampang retak dan pecah) dan “vulnerable-rentan”.

Dia juga mengatakan, bagi keluarga yang tergolong tidak berpola (unpattern) dan situasional, penting untuk memaknai secara positif rutinitas dan kebersamaan, lebih menerima dan memberikan apresiasi antar anggota keluarga, mempererat ikatan dan kelekatan antar anggota keluarga sehingga terbangun spirit “satu kesatuan”.

“Lindungi anggota keluarga yang paling rentan, baik fisik maupun psikososialnya dan siapkan dukungan dari dalam sistem maupun luar sistem keluarga. Periksa dan kuatkan aset sosial yang dapat menjadi penolong ketika secara darurat dibutuhkan oleh anggota keluarga yang rentan,” imbuhnya.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Terakhir, komunikasikan adanya potensi krisis (akibat wabah), pastikan keluarga merespon secara memadai terhadap perubahan-perubahan yang diperlukan.

Selain itu, keluarga mendiskusikan alasan dan tujuan, menyiapkan diri dan menyepakati contingency plan (rencana darurat) yang perlu diambil keluarga, baik sebagai satu kesatuan keluarga maupun oleh satu atau sebagian anggiota keluarga. (R/R1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Rekomendasi untuk Anda

Amerika
Indonesia
Internasional