Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prof. Gerry van Klinken Teliti “Konservatisme Dan Pengalaman Beragama Kelas Menengah Indonesia”

Septia Eka Putri - Rabu, 9 Maret 2016 - 11:13 WIB

Rabu, 9 Maret 2016 - 11:13 WIB

522 Views ㅤ

Prof. Gerry van Klinken adalah adalah peneliti senior di KITLV, dan profesor sejarah Asia Tenggara di Universitas Amsterdam. (Foto: Putri/MINA)
Prof. Gerry van Klinken adalah adalah <a href=

peneliti senior di KITLV, dan profesor sejarah Asia Tenggara di Universitas Amsterdam. (Foto: Putri/MINA)" width="254" height="300" /> Prof. Gerry van Klinken adalah adalah peneliti senior di KITLV, dan profesor sejarah Asia Tenggara di Universitas Amsterdam. (Foto: Putri/MINA)

Jakarta, 29 Jumadil Awwal 1437/8 Maret 2016 (MINA) – Peneliti senior di Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV), Prof. Gerry van Klinken mengatakan, konservatisme dan pengalaman beragama kelas menengah Indonesia, sangat berpengaruh pada nilai kebudayaan dan cara beragama.

“Semua orang memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, kenapa demikian? Karena kelas menengah itu lahir dengan sendirinya,”ujar Prof Gerry pada Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) di Jakarta, (8/3), yang diadakan dalam rangka Milad ke 53 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Prof Gerry menjelaskan, bahwa terdapat keraguan masuk ke dalam dunia demokratis, di mana semua orang memilih pandangan berbeda.

“Sebagai contoh, Agama Islam merupakan agama yang sudah Allah tetapkan, di berikan petunjuk dalam Al-Quran dan Hadits untuk umat yang mau ikut, sedangkan yang tidak mau ikut disediakan tempat yang serendah-rendahnya,” kata Prof Gerry kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Prof Gerry menjelaskan bahwa kehidupan pada kalangan menengah terutama muslim kelas menengah sangat beragam dan bermacam-macam.

“Hal ini kalau kita lihat, apa bila yang tadinya dari masyarakat yang biasa saja, kemudian tiba tiba rezeki nya banyak, lalu kaya, apakah dalam hal ini akan ada perubahan? Pasti ada, apa lagi cara berkomunikasi dalam beragama, kebutuhan ekonomi, pendidikan. Inilah yang kami sedang teliti,”pungkasnya.

Dalam penelitian yang ditemukan Prof Gerry, konservatisme adalah keraguan tentang dunia yang demokratis, di mana orang memiliki pandangan yang tidak semua sama dengan pandangan lainnya, dan memiliki identitas yang berbeda. Jadi pluralis.

“Ssedangkan dinamakan progresif justru orang suka hidup di dalam dunia demokratis dan dunia pluralis yang  bisa mengembangkan semacam kebersamaan, bahkan bisa membangun masa depan yang cerah untuk  semua,” katanya.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Ia menjelaskan, penelitian dikaitkan dengan apa yang disebutnya “kelas”, karena beberpa data survive orang yang berpendidikan tinggi yang bekerja sebagai profisional di kota besar seperti Jakarta, rata-rata lebih terbuka untuk pandangan yang progresif, sedangkat orang yang di kota kecil yang bekerja tidak memiliki profesi sebaik mungkin, buruh, atau buruh yang tidak terampil/semi terampil yang juga tidak terlalu bisa memimpin organisaasi, cenderung lebih curiga dengan persoalan itu, sehingga ini disebut konservatisme.

“Penelitian ini hanya lah pandangan hidup saja, bagaimana soal konservatisme terjadi di masyarakat,” tuturnya menegaksan.

Buku terbaru Prof Gerry van Klinken dan Ward Berenschot (eds.), “In Search of Middle Indonesia – Middle Classes in Provincial Towns” (open access) dapat diunduh secara gratis di http://booksandjournals.brillonline.com/content/books/9789004263437) dan versi Bahasa Indonesia oleh Penerbit Yayasan Obor (2016) dapat dibeli di toko buku terdekat. Papernya “Religion, Politics and Class Divisions in Indonesia,” (2014) dapat diunduh gratis di http://ssrn.com/abstract=2384316

Pusat Dialog dan Kerjasama antar Peradaban (CDCC) adalah sebuah organisasi masyarakat sipil internasional, didirikan pada bulan Juni 2007 oleh ulama dan aktivis dari latar belakang yang luas.

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Tujuan dari Pusat adalah untuk melayani dialog dan kerjasama antar peradaban pada umumnya. Di antara tujuan utamanya adalah: mempromosikan kesadaran pikiran sosial, ekonomi, politik, budaya, dan filosofis, menyoroti kontribusi intelektual manusia dan dampaknya terhadap peradaban manusia dan memperdalam dialog dan membina kerjasama antara berbagai sekolah dari peradaban.

CDCC berusaha untuk memberikan saran dan bantuan kepada pemerintah, organisasi dan pengambil keputusan individu mengenai urgensi dialog dan kerjasama antar peradaban sebagai model untuk membangun resolusi untuk politik, sosial, ekonomi, budaya, keamanan, dan masalah lingkungan. (L/P007/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Rekomendasi untuk Anda

Eropa
Internasional
Indonesia
Feature