Bandar Lampung, MINA – Saat ini manusia hidup di tengah dunia yang berubah sangat cepat, dunia pendidikan tinggi tak hanya bersaing dalam kualitas akademik, tetapi juga dalam kecepatan beradaptasi akan perubahan teknologi, regulasi pemerintah, dan krisis.
Untuk menghadapi kondisi tersebut, kampus harus melakukan langkah nyata, salah satunya dengan membentuk gugus Dynamic Capabilities di fakultas atau rektorat. Ada tim lintas bidang yang bertugas membaca arah perubahan dan mengusulkan transformasi agar kampus berubah tanpa kehilangan jati diri dengan menjadikan Al-Qura’an sebagai kompas atau panduan.
Demikian antara lain dikatakan Prof Dr Jamal Fakhri, M.Ag, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan, Lampung, Sabtu (31/5) dalam orasi ilmiah pada Sidang Senat Terbuka, Wisuda Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Sekolah Tinggi Ilmu Shuffah Al-Quran (STISA) Abdullah Bin Mas’ud, Lampung.
Prof Dr Jamal Fakhri, M.Ag menyatakan, untuk mengimbangi perubahan itu, kampus harus mulai mengembangkan pelatihan Qur’anic Digital Leadership, agar pimpinan dan dosen tidak hanya paham teknologi, tapi juga memiliki adab dan visi ruhani untuk menatap masa depa
Baca Juga: Puluhan Muslimat Masjid Raya Al-A’zhom Ikuti Rihlah “Pembebas Masjid Al-Aqsa”
“Kita harus mampu meredesain sistem SDM kampus, mulai dari rekrutmen, promosi, sampai evaluasi kinerja berbasis kombinasi antara kompetensi dan akhlak,” uja
Prof Jamal yang menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Strategi Transformasi SDM Perguruan Tinggi Berbasis al-Qur’an dan Inovasi melalui Dynamic Capabilities,” menekankan perlunya memahami kembali keunggulan sebuah kampus di masa lampau dan masa yang akan datang.
“Jika kita hanya mengandalkan keunggulan saat ini, seperti gedung yang megah, gelar akademik yang tinggi, dan sejarah institusi, itu artinya kita sedang berdiri di atas kejayaan masa lalu, bukan sedang mempersiapan masa depan,” ujarnya.
Institusi pendidikan, menurutnya harus mampu mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal, termasuk: perubahan pasar, disrupsi teknologi, regulasi baru, Perilaku dan ekspektasi pengguna, seperti mahasiswa atau mitra industry.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Berawan Tebal Sepanjang Hari
Ia mengapresiasi langkah STISA Abdullah Bin Mas’ud yang sudah sejak awal berdiri telah beradaptasi tidak hanya jangka pendek, melainkan siap akan perubahan jangka panjang dengan menangkap peluang (seizing).
“Saat pandemi covid-19 melanda, kampus yang mampu mendeteksi krisis lebih awal, segera beralih ke pembelajaran daring, kampus tetap hidup dan berkembang. Itulah contoh nyata transformasi dan STISA sudah menerapkan ini sejak awal berdiri,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin yang hadiri.
Mengakiri orasi ilmiahnya tersebut, Prof Jamal Fakhri menyodorkan juga solusi Islam dalam menghadapi perubahan dunia yang cepat. Menurutnya, sebagai warga kampus keislaman memiliki kelebihan tersendiri dengan mengacu kepada nilai ini.
“Perubahan ini tak boleh sekadar kosmetik. Ia harus tumbuh dari dalam, dari kesadaran spiritual, visi akademik, dan kesiapan teknologi. Mari kita jadikan al-Qur’an sebagai kompas, dan inovasi sebagai kendaraan,” katanya.
Baca Juga: Peringati 77 Tahun Nakba, Ribuan Warga Indonesia Berlari Simbolis Dukung Palestina
Untuk memulai dan terus melakukan perubahan kearah lebih baik, Prof Jamal Fakhri juga mengutip firman Allah Ta’ala, “Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu.” (QS. At-Taubah: 105).
“Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk berubah dengan cara yang bermakna. Mari kita mulai transformasi itu, hari ini, di kampus ini, bersama-sama,” pungkasnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pakar Zakat Berikan Keterangan di MK: BAZNAS Bukan Lembaga “Superbody”