Washington, MINA – Seorang profesor di Southern Illinois University Edwardsville, Steve Tamari (65) saat ini masih dirawat di rumah sakit akibat dipukuli secara brutal oleh polisi ketika ia mengikuti aksi pro-Palestina di Universitas Washington di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat.
Megan Green, presiden Dewan Aldermen St. Louis, membenarkan kabar itu melalui X. “Profesor ini dirawat di rumah sakit karena luka-lukanya. Satu-satunya kekerasan yang terjadi pada hari Sabtu (28/4) adalah yang dilakukan oleh polisi atas perintah administrasi Universitas Washington,” ujarnya, dikutip MINA pada Rabu (1/5).
Al Mayadeen melaporkan, Tamari menderita beberapa patah tulang rusuk dan patah tangan. Dokter yang merawatnya mengatakan kepadanya bahwa dia beruntung masih hidup.
Tamari bersama istrinya, Sandra, termasuk di antara mereka yang ditangkap dalam aksi perkemahan kampus untuk Gaza. Aksi itu menyerukan Universitas Washington untuk melakukan divestasi dari Boeing sebagai akibat dari tindakan genosida Israel di Gaza.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
“Semua yang terjadi pada hari Sabtu didokumentasikan dan jelas bagi mereka yang ingin melihatnya,” kata Sandra di X pada Selasa (30/4) sembari melampirkan video yang memperlihatkan suaminya mengenakan jaket warna kuning.
Sandra mengatakan, Universitas Washington di St. Louis menggunakan kekerasan terhadap mahasiswa, dosen, staf, dan komunitasnya untuk mempertahankan “keterlibatannya dalam genosida. Ia menambahkan, “Kami tidak terpengaruh dan St Louis akan terus bangkit untuk Palestina.”
Laporan berbagai media menyatakan bahwa 100 orang ditangkap di kampus tersebut pada Sabtu lalu dalam aksi pro-Palestina itu.
Pada Selasa (30/4), kelompok aktivis Resist Universitas Washington mengadakan konferensi pers di Forest Park di mana pernyataan dari Steve Tamari dibacakan, News Week melaporkan.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
“Selama tujuh bulan terakhir, saya sangat menderita menyaksikan rakyat saya di Palestina dibantai dengan bom dan dana AS. Saya bergabung dengan protes yang dipimpin mahasiswa pada hari Sabtu untuk menghentikan genosida dan mendukung serta melindungi murid-murid,” bunyi pernyataan Steve Tamari.[]