Profesor yang Dipecat karena Tunjukkan “Gambar” Nabi Muhammad Menggugat ke Universitas

Hamline University di Saint Paul, Minnesota. (Foto: Creative Commons)

Minnesota, MINA – Seorang profesor di Amerika Serikat mengumumkan rencananya untuk menggugat sebuah universitas di Minnesota, menyusul pertikaian karena dirinya menunjukkan lukisan yang menggambarkan dalam kelas pelajaran seni Islam.

Universitas Hamline, sebuah sekolah swasta kecil di kota St Paul, memilih untuk tidak memperpanjang kontrak Ajun Profesor Erika Lopez Prater, setelah seorang mahasiswa keberatan dengannya yang menunjukkan lukisan abad ke-14 yang menggambarkan Nabi Muhammad, Al Jazeera melaporkan.

Bagi banyak Muslim, penggambaran visual Nabi Muhammad dilarang keras dan dipandang sebagai pelanggaran iman.

Gugatan, yang menurut pengacara Lopez Prater akan segera diajukan ke pengadilan, mengulangi pernyataan Profesor sebelumnya bahwa dia telah memberikan peringatan sebelum menunjukkan gambar – termasuk dalam silabus dan segera sebelum menunjukkan gambar – dan telah mengajukan diri untuk bekerja sama dengan mahasiswa yang tidak nyaman dengan melihat penggambaran itu.

Gugatan itu menuduh universitas melakukan diskriminasi agama dan pencemaran nama baik terhadap Lopez Prater, dan merusak reputasi profesional dan pribadinya.

“Di antara hal-hal lain, Hamline, melalui administrasinya, menyebut tindakan Dr Lopez Prater sebagai ‘islamofobia yang tidak dapat disangkal’,” kata pengacaranya dalam sebuah pernyataan, Selasa (17/1).

“Komentar seperti ini, yang sekarang telah diterbitkan dalam berita di seluruh dunia, akan mengikuti Dr Lopez Prater sepanjang kariernya, yang berpotensi mengakibatkan ketidakmampuannya untuk mendapatkan posisi tetap di lembaga pendidikan tinggi mana pun,” katanya.

Insiden tersebut, yang terjadi pada bulan Oktober, telah memicu perdebatan tentang keseimbangan pertimbangan beragama dan kebebasan akademik, dengan pihak administrasi sekolah tampaknya mengubah sikapnya terhadap masalah tersebut di tengah reaksi tersebut.

Menurut New York Times, Wakil Presiden Universitas Hamline untuk keunggulan inklusif mengatakan kepada staf dalam email yang dikirim pada bulan November, tindakan di kelas itu “tidak dapat disangkal, tidak sopan, dan islamofobia”.

Dalam sebuah pernyataan hari Selasa, Presiden Universitas Hamline Fayneese Miller dan Ketua Dewan Pengawasnya Ellen Watters mengambil pendekatan yang lebih hati-hati, mengatakan, “komunikasi, artikel, dan opini” baru-baru ini telah mengarahkan sekolah untuk “meninjau dan memeriksa kembali tindakan kami”. (T/RI-1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.