Hassan Nasrallah, merupakan Sekretaris Jenderal milisi Hezbollah Lebanon. Ia menjadi salah satu tokoh paling terkenal dan memiliki pengaruh besar di Timur Tengah.
Bertahun-tahun, Hassan Nasrallah tidak terlihat di hadapan publik sebagai sebuah langkah keamanaan, mengingat sosoknya yang penting sehingga menjadi incaran entitas penjajah Zionis Israel.
Namun, pada Sabtu (28/9), Zionis Israel menyebut telah membunuh Hassan Nasrallah dalam sebuah serangan di ibu kota Lebanon, Beirut. Beberapa saat kemudian, Hezbollah pun mengonfirmasi kematian sekjendnya melalui unggahan di akun Telegram resmi milik milisi tersebut.
“Yang Mulia, Pemimpin Perlawanan, hamba yang saleh, telah meninggal dunia untuk menemui Allah,” kata pernyataan itu pada Sabtu (28/9).
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Hezbollah mengonfirmasi Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara di Beirut, dengan mengatakan kematiannya terjadi “setelah serangan Zionis yang berbahaya di pinggiran selatan” pada Jumat (27/9).
Melalui pernyataan itu, Hezbollah berjanji akan terus melawan Zionis Israel untuk membalas kematiannya pemimpinnya serta mendukung “Gaza dan Palestina, serta membela Lebanon dan rakyatnya yang teguh dan terhormat.”
Hassan Nasrallah (64) telah memimpin Hezbollah kelompok sejak 1992. Sejak agresi di Gaza pecah pada Oktober 2023, Hezbollah terus melancarkan serangannya kepada Israel, sebuah perlawanan yang dinilai sebagai bentuk dukungan untuk Palestina.
Nasrallah lahir pada Agustus 1960 di lingkungan Burj Hammoud di Beirut timur. Dia adalah anak tertua dari sembilan saudara laki-laki dan perempuan, dan ayahnya merupakan penjual sayuran dari sebuah kios kecil yang dimilikinya.
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Nasrallah menghabiskan masa kecilnya di daerah yang didominasi Kristen sebelum keluarganya melarikan diri ke desa Bazourieh dekat kota selatan Tirus ketika perang saudara Lebanon pecah pada tahun 1975.
Nasrallah menikah dengan Fatima Yassin pada tahun 1978 dan memiliki lima anak – termasuk Hadi, yang terbunuh dalam penyergapan Israel di Lebanon selatan ketika berusia 18 tahun pada tahun 1997.
Nasrallah berusia 22 tahun ketika Hezbollah didirikan oleh sekelompok ulama Syiah dan pengikut Ayatollah Ruhollah Khomeini dari Iran pada tahun 1982 untuk melawan invasi Zionis Israel kedua ke Lebanon pada saat itu.
Dia bergabung dengan Hezbollah tak lama setelah didirikan dan memegang beberapa posisi dalam kelompok tersebut selama bertahun-tahun, termasuk direktur Hezbollah di wilayah Bekaa dan di Beirut.
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi
Pada tahun 1992, Nasrallah menggantikan Abbas al-Musawi sebagai Sekretaris Jenderal Hezbollah, setelah yang terakhir tewas dalam serangan rudal oleh helikopter Zionis Israel yang menargetkan konvoinya di Lebanon selatan.
Di bawah Nasrallah, Hezbollah – yang sangat didukung oleh Iran – berubah dari milisi kecil menjadi kelompok paramiliter besar dan pemain politik utama di Lebanon.
Saat ini, Hezbollah diyakini terdiri dari 50.000 hingga 100.000 pejuang, dan gudang senjatanya yang luas diperkirakan mencakup sekitar 150.000 hingga 200.000 roket, bom mortir dan rudal.
Nasrallah mengatakan pada Oktober 2021 bahwa kelompoknya yang kuat memiliki 100.000 pejuang “terlatih” dan “bersenjata” yang tersedia.
Baca Juga: Jenderal Ahmad Yani, Ikon Perlawanan Terhadap Komunisme
Nasrallah mendapatkan popularitas setelah penarikan Zionis Israel dari Lebanon selatan tahun 2000. Dia juga memainkan peran utama dalam mengamankan pertukaran tahanan bersejarah antara kelompoknya dan Zionis Israel pada tahun 2004, di mana ratusan anggota Hezbollah, Palestina dan warga negara Arab lainnya yang ditahan oleh Zionis Israel dibebaskan dengan imbalan empat orang Israel.
Lebih lanjut mengonsolidasikan perannya, Nasrallah menyebut “kemenangan ilahi” melawan Zionis Israel setelah perang 34 hari pada Juli 2006. Konflik itu menyebabkan setidaknya 1.190 kematian di Lebanon dan memaksa hampir 900.000 orang mengungsi, sementara sebagian besar infrastruktur negara itu hancur. Setidaknya 160 orang Zionis Israel tewas di wilayah pendudukan.
Dalam dekade terakhir, Hezbollah dengan cepat menjadi salah satu senjata proksi utama Iran di wilayah tersebut, menerima senjata, pelatihan dan pendanaan dari Republik Islam. Hezbollah mengirim pejuang ke Suriah untuk bertempur bersama pasukan Presiden Bashar al-Assad selama perang saudara Suriah, dan ke Yaman untuk mendukung pemberontak Houthi.
Baru-baru ini, Hezbollah mulai meluncurkan roket ke Israel pada 8 Oktober 2023, satu hari setelah genosida Zionis Israel di Jalur Gaza meletus. Dalam pidatonya pada November lalu, Nasrallah mengatakan perang melawan Israel adalah solidaritas dengan kelompok Hamas dan rakyat Palestina. Ia bersumpah untuk terus berjuang sampai agresi di Gaza berakhir.
Baca Juga: Hidup Tenang Ala Darusman, Berserah Diri dan Yakin pada Takdir Allah
Nasrallah mengulangi janji ini sepanjang pidatonya dalam beberapa bulan terakhir. Dalam pidato terakhirnya pekan lalu setelah ledakan pager dan walkie-talkie di Lebanon, dia mengatakan, “Perlawanan di Lebanon tidak akan berhenti mendukung dan membantu orang-orang Gaza, Tepi Barat dan yang tertindas.”
Kini ia telah gugur dalam serangan Zionis Israel. Hingga akhir hayatnya ia tetap mengobarkan api perlawanan kepada Israel dan mendukung para pejuang dan rakyat Palestina untuk meraih hak-haknya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hiruk Pikuk Istana di Mata Butje, Kisah dari 1 Oktober 1965