Lampung, MINA – Siapa sangka, limbah organik yang kerap dianggap menjijikkan justru bisa menjadi sumber penghasilan dan solusi lingkungan? Inilah yang dibuktikan oleh Dompet Dhuafa (DD) Lampung melalui Program Maggotin, inisiatif pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan sejak akhir 2023 di Desa Karang Anyar, Jati Agung, Lampung Selatan.
Program Maggotin merupakan terobosan DD Lampung dalam mengolah sampah organik menjadi pakan maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF), yang kemudian dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk ikan lele dan unggas.
Program tersebut tidak hanya menyasar pengurangan volume sampah, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat melalui sektor budidaya berkelanjutan.
Pimpinan Cabang DD Lampung, Nandrianto Suparno menjelaskan, program itu diinisiasi sebagai bagian dari edukasi lingkungan kepada masyarakat agar mampu melihat potensi ekonomis dari sampah rumah tangga.
Baca Juga: DPD Juleha Lampung Barat Berkomitmen Bangun dan Perkuat Ekosistem Halal
“Melalui Maggotin, kami mengajak masyarakat mengolah sampah organik menjadi pakan maggot, yang kemudian digunakan untuk budidaya ikan lele. Hasilnya bukan hanya lingkungan yang lebih bersih, tapi juga pendapatan tambahan bagi warga,” ujarnya, Selasa (20/5).
Satu kelompok yang terdiri dari 20 penerima manfaat telah dibentuk untuk mengelola kandang maggot dengan kapasitas penguraian sampah lebih dari 500 kilogram per hari. Dengan kapasitas tersebut, potensi pengolahan sampah organik bisa mencapai 15 ton per bulan.
Ketua Pendamping Program Maggotin, Wawan Setiawan, menambahkan bahwa siklus hidup maggot BSF sangat cepat, hanya sekitar delapan hari sebelum menjadi lalat dewasa, sehingga mampu mempercepat proses penguraian limbah organik secara efisien.
“Hasil maggot kemudian kami gunakan sebagai pakan utama dalam budidaya lele. Alhamdulillah, sejauh ini sangat efektif dan menghemat biaya produksi,” jelas Wawan.
Baca Juga: Hasil Riset Ungkap Fatwa MUI soal Boikot Produk Israel Dorong Pertumbuhan Industri Nasional
Namun, tantangan tetap ada. Salah satu kendala terbesar ialah pemisahan sampah organik dari non-organik yang masih belum optimal di tingkat rumah tangga.
“Padahal, 80 persen sampah rumah tangga bersifat organik. Ini yang terus kami edukasikan,” tambahnya.
Program tersebut tidak hanya memberikan dampak lingkungan, tetapi juga manfaat ekonomi nyata.
Limbah hasil budidaya maggot diolah lagi menjadi pupuk organik, sementara maggot kering dimanfaatkan sebagai bahan dasar minyak alami untuk produk kecantikan hingga pakan lele dan burung.
Baca Juga: Indonesia Kecam Keras Serangan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza
“Tujuan utama kami bukan sekadar bisnis, tapi ingin membangun kesadaran masyarakat dari hulu ke hilir bahwa sampah pun punya nilai jual jika dikelola dengan benar,” tegas Wawan.
Salah satu penerima manfaat inovasi Dompet Dhuafa dalam mengoptimalkan dana Ziswaf (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf) menjadi program-program untuk kemaslahatan umat ini, Paiman (42), mengaku mendapat penghasilan kotor hingga Rp7 juta per bulan dari hasil panen lele.
Selain itu, omzet dari penjualan pakan maggot bisa mencapai Rp2 juta setiap bulan. Penjualan dilakukan langsung dari lokasi budidaya agar konsumen dapat melihat transparansi proses produksi.
Uniknya, program tersebut juga memanfaatkan sisa roti dari pelaku UMKM sekitar untuk difermentasi menjadi pakan maggot dan lele, menciptakan ekosistem daur ulang yang berkelanjutan.
Baca Juga: Cuaca dan Kepadatan Ekstrem, Jamaah Diminta Waspada untuk Puncak Haji
Mengenai keluhan bau dari warga sekitar, Wawan menjelaskan bahwa pengelolaan dilakukan dengan cara memotong sampah menjadi ukuran kecil sebelum diberikan kepada maggot, sehingga proses penguraian lebih cepat dan bau tidak menyengat.
Meski area budidaya saat ini masih terbatas dan belum mampu memenuhi permintaan pasar, DD Lampung telah merancang rencana ekspansi.
“Insya Allah setelah Idul Adha, kami akan perluas lokasi budidaya maggot,” imbuh Wawan.
Tidak hanya fokus pada budidaya skala besar, DD Lampung juga mendorong masyarakat memulai budidaya mandiri di rumah dengan mendistribusikan maggot box lengkap dengan pelatihan langsung dari tim pendamping.
Dengan pendekatan berbasis edukasi, inovasi teknologi tepat guna, serta pemberdayaan ekonomi, Program Maggotin menjadi contoh konkret bagaimana pengelolaan sampah dapat membawa perubahan positif bagi lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.[]
Baca Juga: Layanan Istimewa untuk Jamaah Haji Berkursi Roda di Jeddah
Mi’raj News Agency (MINA)