Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Program Maggotin Dompet Dhuafa Lampung Ubah Limbah Organik Jadi Berkah Ekonomi

Mujiburrahman Editor : Rana Setiawan - Rabu, 21 Mei 2025 - 01:04 WIB

Rabu, 21 Mei 2025 - 01:04 WIB

38 Views ㅤ

Program Maggotin Dompet Dhuafa Lampung dikembangkan di Desa Karang Anyar, Jati Agung, Lampung Selatan. (Foto: Doc MINA)

Lampung, MINA – Siapa sangka, limbah organik yang kerap dianggap menjijikkan justru bisa menjadi sumber penghasilan dan solusi lingkungan? Inilah yang dibuktikan oleh Dompet Dhuafa (DD) Lampung melalui Program Maggotin, inisiatif pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan sejak akhir 2023 di Desa Karang Anyar, Jati Agung, Lampung Selatan.

Program Maggotin merupakan terobosan DD Lampung dalam mengolah sampah organik menjadi pakan maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF), yang kemudian dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk ikan lele dan unggas.

Program tersebut tidak hanya menyasar pengurangan volume sampah, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat melalui sektor budidaya berkelanjutan.

Pimpinan Cabang DD Lampung, Nandrianto Suparno menjelaskan, program itu diinisiasi sebagai bagian dari edukasi lingkungan kepada masyarakat agar mampu melihat potensi ekonomis dari sampah rumah tangga.

Baca Juga: IKAPI Gelar Islamic Book Fair 2025, Catat Agendanya

“Melalui Maggotin, kami mengajak masyarakat mengolah sampah organik menjadi pakan maggot, yang kemudian digunakan untuk budidaya ikan lele. Hasilnya bukan hanya lingkungan yang lebih bersih, tapi juga pendapatan tambahan bagi warga,” ujarnya, Selasa (20/5).

Satu kelompok yang terdiri dari 20 penerima manfaat telah dibentuk untuk mengelola kandang maggot dengan kapasitas penguraian sampah lebih dari 500 kilogram per hari. Dengan kapasitas tersebut, potensi pengolahan sampah organik bisa mencapai 15 ton per bulan.

Ketua Pendamping Program Maggotin, Wawan Setiawan, menambahkan bahwa siklus hidup maggot BSF sangat cepat, hanya sekitar delapan hari sebelum menjadi lalat dewasa, sehingga mampu mempercepat proses penguraian limbah organik secara efisien.

“Hasil maggot kemudian kami gunakan sebagai pakan utama dalam budidaya lele. Alhamdulillah, sejauh ini sangat efektif dan menghemat biaya produksi,” jelas Wawan.

Baca Juga: Pemerintah RI Cabut 4 Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Namun, tantangan tetap ada. Salah satu kendala terbesar ialah pemisahan sampah organik dari non-organik yang masih belum optimal di tingkat rumah tangga.

“Padahal, 80 persen sampah rumah tangga bersifat organik. Ini yang terus kami edukasikan,” tambahnya.

Program tersebut tidak hanya memberikan dampak lingkungan, tetapi juga manfaat ekonomi nyata.

Limbah hasil budidaya maggot diolah lagi menjadi pupuk organik, sementara maggot kering dimanfaatkan sebagai bahan dasar minyak alami untuk produk kecantikan hingga pakan lele dan burung.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jakarta Selasa Ini Berawan hingga Hujan Petir

“Tujuan utama kami bukan sekadar bisnis, tapi ingin membangun kesadaran masyarakat dari hulu ke hilir bahwa sampah pun punya nilai jual jika dikelola dengan benar,” tegas Wawan.

Salah satu penerima manfaat inovasi Dompet Dhuafa dalam mengoptimalkan dana Ziswaf (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf) menjadi program-program untuk kemaslahatan umat ini, Paiman (42), mengaku mendapat penghasilan kotor hingga Rp7 juta per bulan dari hasil panen lele.

Selain itu, omzet dari penjualan pakan maggot bisa mencapai Rp2 juta setiap bulan. Penjualan dilakukan langsung dari lokasi budidaya agar konsumen dapat melihat transparansi proses produksi.

Uniknya, program tersebut juga memanfaatkan sisa roti dari pelaku UMKM sekitar untuk difermentasi menjadi pakan maggot dan lele, menciptakan ekosistem daur ulang yang berkelanjutan.

Baca Juga: Menlu RI: Intersepsi Israel terhadap Kapal Madleen Langgar Hukum Internasional

Mengenai keluhan bau dari warga sekitar, Wawan menjelaskan bahwa pengelolaan dilakukan dengan cara memotong sampah menjadi ukuran kecil sebelum diberikan kepada maggot, sehingga proses penguraian lebih cepat dan bau tidak menyengat.
Meski area budidaya saat ini masih terbatas dan belum mampu memenuhi permintaan pasar, DD Lampung telah merancang rencana ekspansi.

Insya Allah setelah Idul Adha, kami akan perluas lokasi budidaya maggot,” imbuh Wawan.

Tidak hanya fokus pada budidaya skala besar, DD Lampung juga mendorong masyarakat memulai budidaya mandiri di rumah dengan mendistribusikan maggot box lengkap dengan pelatihan langsung dari tim pendamping.

Dengan pendekatan berbasis edukasi, inovasi teknologi tepat guna, serta pemberdayaan ekonomi, Program Maggotin menjadi contoh konkret bagaimana pengelolaan sampah dapat membawa perubahan positif bagi lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.[]

Baca Juga: Film “Senyum Manies Love Story” Tampilkan Kisah Cinta Masa Muda Anies Baswedan dan Istri

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda