Jakarta, MINA – Kondisi ekonomi Gaza, Palestina makin terpuruk akibat blokade Israel, tambah lagi sebagai dampak pandemi Covid-19.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) berikhtiar membangkitkan semangat umat dalam membantu meringankan beban warga Palestina melalui program Sister Family Palestine-Indonesia, yang diluncurkan, Jumat (5/2) di Jakarta.
Senior Vice President ACT Rini Maryani menyatakan, Sister Family Palestine-Indonesia hadir sebagai jawaban dari permasalahan sosial di Palestina sekaligus menjadi mediator yang mempersaudarakan keluarga Indonesia dan keluarga Palestina yang terpapar perang, korban bencana kemanusiaan, dan kemiskinan.
“Insyaallah, program ini akan meringankan dan menopang perjuangan ribuan keluarga Palestina di tengah penjajahan dan blokade yang Zionis lakukan. Keluarga-keluarga Palestina tersebut akan menerima paket bantuan pangan, pakaian, perlengkapan masak, alas tidur, listrik, kesehatan. Serta bagi beberapa keluarga tertentu, akan mendapatkan bantuan sewa rumah atau bantuan biaya sekolah,” ungkapnya dalam peluncuran program Sister Family Indonesia-Palestina. demikian keterangan yang diterima MINA.
Baca Juga: Sejumlah Jenazah di Makam Sementara Dekat RS Indonesia Hilang
Rini menjelaskan, Sister Family Palestine-Indonesia menjadi upaya lanjutan ACT dalam membangkitkan harkat dan martabat masyarakat Palestina yang masih terjajah serta meningkatkan tali persaudaraan antarbangsa.
Tahun 2021 ini, kondisi ekonomi Gaza, Palestina makin terpuruk sebagai dampak dari pandemi yang masih berlangsung. Euro-Mediterannean, Human Rights Monitor melaporkan pada 24 Januari lalu bahwa Gaza tidak lagi bisa hidup pasca lebih dari 15 tahun hidup dalam kurungan blokade Zionis.
Dalam laporan tersebut, dikatakan juga bahwa tingkat angka pengangguran terus meningkat, seiring peningkatan jumlah keluarga yang hidup dalam garis kemiskinan. Angka kemiskinan meningkat dari 40 persen di tahun 2005 menjadi 56 persen di tahun 2020 dari total populasi masyarakat Gaza.
Melalui program Sister Family Palestine-Indonesia, keluarga dermawan Indonesia diajak untuk membantu menopang kebutuhan dasar keluarga-keluarga prasejahtera dengan mempersaudarakan keluarga Indonesia dan Palestina.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Konflik kemanusiaan berkepanjangan yang terjadi di bumi Palestina berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat di sana, seperti jatuhnya korban jiwa, luka-luka, hilangnya tempat tinggal, makan dan minum yang tidak layak dikonsumsi, serta terpisahnya sanak keluarga akibat peperangan. Ditambah Covid-19 yang mewabah di negara tersebut.
Andi Noor Faradiba selaku koordinator program Sister Family Indonesia-Palestina menjelaskan, kondisi Palestina sebagai tolok ukur kebangkitan umat Islam dan menjadi acuan dalam mengukur value dari program ini.
“Berdikarinya masyarakat Palestina sama dengan tingginya kemuliaan umat, dan hal tersebut dapat diraih dengan memberdayakan penduduk Syam. Insyaallah, program ini juga bermanfaat untuk meningkatkan harga diri masyarakat Indonesia, sebagai umat yang menjadi sentral peradaban Islam dunia dalam perannya mendukung Palestina. Indonesia hadir sebagai jawaban dari permasalahan kemiskinan global,” kata Andi.
Ia menjelaskan, secara teknis, program Sister Family Palestine-Indonesia meliputi proses pengumpulan dan pendalaman profil keluarga Palestina yang terlilit utang, menjadi korban perang, dan sebagainya dengan mengambil sampel 10 persen data primer berupa video dan foto dari target jumlah penerima manfaat, serta 100 persen data formal dalam bentuk form lalu dikenalkan ke calon donatur.
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Profil-profil tersebut kemudian dijadikan bahan proses mendapatkan donatur (keluarga Indonesia) untuk mendukung kebutuhan keluarga prasejahtera Palestina selama 6 bulan bahkan hingga 1 tahun dalam keterikatan persaudaraan. Dalam proses persaudaraan ini, ACT akan membantu menghubungkan komunikasi dua keluarga (Indonesia-Palestina), misalnya interaksi via komunikasi daring.
“Program ini akan membantu menjamin kehidupan dan fokus-fokus masalah yang ada di keluarga tersebut, misalnya kita membantu kebutuhan pangannya, sehingga mereka bisa fokus menyelesaikan masalah yang lainnya. Program ini akan memberikan bantuan sebanyak lima juta rupiah setiap keluarga, bagi teman-teman yang ingin berkontribusi, bisa dengan banyak jenis tidak harus besar atau langsung lima juta, tetapi bisa sama-sama berpatungan,” ucap Andi.
Saat ini, jumlah penduduk yang berada dalam krisis kebutuhan yang parah telah meningkat 346.000 jiwa, kemudian mereka yang membutuhkan bantuan tempat tinggal di jalur Gaza 880.000 jiwa serta 2,45 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. (R/R8/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya