Jakarta, MINA – Pakistan melalui kedutaan besarnya di Jakarta menggelar acara promosi warisan budaya Buddhis Gandhara pada Selasa (9/1) di kantor kedutaan.
Chargee D’affaires Kedutaan Besar Pakistan untuk Indonesia di Jakarta, Muhammad Faisal Fayyaz dalam sambutannya mengatakan, kegiatan promosi ini guna mendorong peningkatan kerja sama bilateral kedua negara yang sama-sama memiliki kekayaan sejarah dan budaya, khususnya pada bidang budaya dan wisata religi.
“Kehadiran situs sejarah warisan budaya Gandhara ini menunjukkan Pakistan sebagai negara sangat bersahabat dan menyambut harmoni keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan,” kata Fayyaz.
Acara tersebut dihadiri tokoh komunitas buddhis, Majelis Agama Buddha maupun unsur pendidikan tinggi keagamaan Buddha di Indonesia.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Kolonel Waqas Mahmood, Atase Pertahanan Kedutaan Besar Pakistan di Indonesia, menjelaskan, dalam melestarikan Peradaban Gandhara, pemerintah Pakistan mengadakan Simposium Gandhara 2023 selama tiga hari diadakan pada 11 Juli di Islamabad diikuti dengan kunjungan ke tempat-tempat suci Buddha yang ada di Pakistan.
Simposium ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana membangun kembali Budaya Gandhara dan mempromosikan pemahaman terkait pariwisata religu Buddha di Pakistan secara internasional.
“Kami membuka pariwisata religi ini dalam rangka mempromosikan budaya Gandhara dan menawarkan akomodasi dan keamanan wisatawan yang lebih baik,” kata Waqas.
Ke depan, lanjut dia Kementerian Pariwisata Pakistan akan menyelenggarakan Festival Budaya Pakistan yang memungkinkan wisatawan internasional memahami dan merasakan warisan budaya Ghandara ini.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Dalam pemaparan materinya, Kolonel Waqas menjelaskan secara komprehensif bahwa di negara Pakistan terdapat candi-candi atau peninggalan situs agama Buddha serta terdapat wihara-wihara milik umat Buddha Pakistan.
Sebelumnya, pada 2022, para arkeolog menemukan komplek candi Buddha di Pakistan yang diperkirakan berasal dari abad ketiga sebelum masehi.
Dalam penggalian di candi Buddha itu, arkeolog juga menemukan 2.000 artefak, termasuk koin, permata, segel, potongan tembikar, pahatan batu, dan patung.
Situs penggalian berada di wilayah bersejarah Gandhara, yang digambarkan oleh Encyclopedia Britannica sebagai ‘persimpangan perdagangan dan tempat pertemuan budaya antara India, Asia Tengah, dan Timur Tengah’.
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Para penguasa Hindu, Buddha, dan Indo-Yunani menguasai Gandhara di berbagai titik sepanjang milenium pertama SM.
Reruntuhan candi berdiri setinggi sekitar 3 meter, terdiri dari platform upacara yang pernah dipuncaki oleh stupa, atau kubah yang sering ditemukan di kuil Buddha.
Direktur Urusan dan Pendidikan (Dirurpendik) Agama Buddha Kemenag RI Nyoman Suriadarma sangat mengapresiasi dan berharap agenda ini menjadi jembatan emas hubungan antar budaya dan wisata religi antara kedua negara.
“Saya terkesan bahwa Pakistan seperti permata baru muncul lagi, sangat Indah. Pakistan hampir sama dengan Indonesia yang memiliki kekayaan sejarah dan budayanya,” pungkasnya.(L/R1/P1)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang