Gaza City, 19 Rabi’ul Akhir 1436/9 Februari 2015 (MINA) – Para mahasiswa dari Jalur Gaza, Ahad kemarin, melemparkan ijazah tiruan ke Laut Mediterania untuk melambangkan impian perguruan tinggi mereka yang hilang.
Banyak mahasiswa yang belajar di luar Gaza semuanya telah menyerah kehilangan harapan mengejar program kuliah mereka setelah terlantar di Gaza selama berbulan-bulan karena penutupan Rafah, perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza Palestina.
Sebagai tanggapan, puluhan mahasiswa memutuskan untuk membuang ijazah simbolis ke laut dalam protes terhadap blokade bersama-sama Israel-Mesir yang diberlakukan di Gaza, demikian Ma’an News melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Salah satu pengunjuk rasa yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, dirinya telah kehilangan kepercayaan terhadap kemanusiaan dunia dan dewan hak asasi manusia.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Pengunjuk rasa lain, bernama Mansoon, mengatakan, ia telah diterima di sebuah universitas di luar negeri tapi tidak dapat hadir mengingat penutupan berlangsung dari perbatasan Rafah.
Para pengunjuk rasa mendesak Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk memprioritaskan “tanggung jawab” mereka terhadap Gaza.
Rafah merupakan jalur penghubung utama antara rakyat Palestina di Gaza dengan dunia luar setelah blokade Israel diberlakukan sejak 2007 lalu.
Blokade telah menyebabkan krisis kemanusiaan, dan saat ini membatasi masuknya bahan bangunan untuk rekonstruksi pasca peperangan tahun kemarin yang dijanjikan masyarakat internasional.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Mengakhiri blokade Israel yang menghancurkan kehidupan rakyat adalah permintaan utama dari gerakan perlawanan Palestina di Gaza saat mereka bertempur melawan israel/">agresi Israel dalam perang 51-hari pada Juli-Agustus 2014 yang menyebabkan sekitar 2.200 warga Palestina tewas, sebagian besar warga sipil.
Blokade itu diberlakukan menyusul kemenangan Hamas dalam pemilu Palestina 2006 dan dimulainya perpecahan antara Fatah dan Hamas pada 2007, yang mengakibatkan perpecahan pemerintahan Palestina, di mana Hamas menguasai Jalur Gaza dan Fatah mengendalikan wilayah Tepi Barat yang diduduki.(T/R05/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam