Protes Kemarahan di Yordania Tolak Kesepakatan Abad Ini

Amman, MINA – Protes kemarahan warga berlangsung di hampir seluruh kegubernuran pada Rabu malam (29/1), menolak yang baru saja diumumkan Presiden AS Donald Trump.

Berbagai kekuatan nasional dan Islam mengibarkan bendera hitam di atap gedung-gedung dan lembaga-lembaga pemerintah, sebagai ungkapan kemarahan dan penolakan rakyat terhadap rencana Trump.

Dalam orasinya, seperti dilaporkan Quds Press, tokoh-tokoh nasional meminta rakyat Yordania untuk melanjutkan berbagai aksinya menolak kesepakatan AS, yang mereka sebut sebagai konspirasi menghambat tujuan kemerdekaan Palestina.

Mereka menganggap, pengumuman Trump tentang Kesepakatan Abad Ini “hanya mewakili hubungan baru dalam konspirasi Zionis dan Amerika Serikat yang bertujuan melemahkan kehadiran Palestina di tanahnya dan identitas nasional Palestina.”

Ribuan warga berpartisipasi dalam aksi malam ini di sejumlah kegubernuran Yordania dengan sejumlah acara, termasuk di depan Masjid Omar Bin Al-Khattab di kegubernuran Zarqa.

Dalam aksi massa membawa spanduk bertuliskan “Al-Quds khatul ahmar, wal an damul ahmar” (Yerusalem garis merah, dan sekarang darah merah).

Usir Dubes Israel

Wakil dari Blok Reformasi Saud Abu Mahfouz dalam orasinya menegaskan “semua orang di Yordania berdiri bersama menentang sebuah kesepakatan abad ini, dan menyerukan pemerintah untuk mengambil tindakan segera terhadap kesepakatan itu.”

Dia menekankan, apa yang terjadi adalah hasil dari perjanjian Oslo dan kemudian perjanjian Wadi Araba.

Di depan kotamadya Jerash, aksi massa menuntut agar itu dijawab, bukan dengan kata-kata saja, tapi juga melalui langkah-langkah pemerintahan resmi di lapangan.

Di kota Karak, para peserta menuntut dalam sebuah protes di depan Masjid Grand Marj untuk mengusir duta besar entitas Zionis Israel dari ibu kota, Amman, dan memutuskan hubungan diplomatik dengan pendudukan sepenuhnya.

Sementara itu, Parlemen telah mengalokasikan sesi pada Ahad (2/2) untuk membahas implikasi Kesepakatan Abad Ini dan langkah-langkah untuk menanggapinya.

Jurubicara Senat, Faisal Al-Fayez, mengatakan, kesepakatan yang disajikan Trump pada hari Selasa “merupakan solusi yang tidak dapat diterima sekarang dan untuk generasi mendatang.”

Ia menjelaskan bahwa “peta Palestina yang diterbitkan oleh pemerintah AS memberi Palestina hanya 15% dari tanah Palestina.” (T/RS2/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.