Ramallah, MINA – Ratusan warga Palestina pada Jumat (14/8) turun ke jalan-jalan di Tepi Barat, membakar bendera UEA dan foto Putra Mahkota Mohamed bin Zayed untuk mengecam normalisasi hubungan UEA dengan Israel.
Di kota Yatta di Hebron, sekelompok pria bertopeng membakar bendera UEA dalam protes menentang perjanjian tersebut, Anadolu Agency melaporkan.
Para demonstran juga meneriakkan slogan-slogan yang menolak perjanjian normalisasi, yang mereka sebut sebagai “pengkhianatan”.
Di kota Nablus, ratusan orang mengecam kesepakatan tersebut saat demonstrasi yang berlangsung setelah salat Jumat di Al-Shuhada Square.
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Pemuda yang ikut demonstrasi menginjak dan membakar foto Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi.
Di kota Haris di Kegubernuran Salfit, pengunjuk rasa Palestina mengangkat foto Putra Mahkota UEA yang digambar dengan tanda “X” dan meneriakkan slogan-slogan yang mengutuk perjanjian Emirat-Israel.
Sebuah pernyataan bersama oleh AS, UEA dan Israel mengatakan “terobosan” akan mempromosikan “perdamaian di kawasan Timur Tengah dan merupakan bukti diplomasi dan visi yang berani dari tiga pemimpin,” mengacu pada Trump, Pangeran Mohammed bin Zayed Al- Nahyan dan Netanyahu.
Kantor berita resmi UEA juga menyebut perjanjian itu sebagai langkah menuju hubungan bilateral.
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
UEA menjadi negara Arab ketiga dan negara Teluk Arab pertama yang memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Israel. Negara Arab lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel adalah Mesir dan Yordania.
Kelompok-kelompok Palestina mengecam perjanjian baru itu, dengan mengatakan hal itu tidak berdampak apa pun untuk kepentingan Palestina, bahkan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan, Kesepakatan perdamaian UEA dengan Israel adalah “tikaman berbahaya di belakang rakyat Palestina”. (T/R7/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel