Yerusalem Barat, MINA – Polisi Israel pada Kamis (11/4) terlibat bentrok dan mendorong mundur ribuan demonstran yang memprotes RUU baru yang dapat mengakhiri pengecualian mereka dari wajib militer.
Surat kabar The Times of Israel melaporkan, aksi demonstrasi yang digelar ribuan warga Yahudi Ultra-Ortodoks di Yerusalem Barat itu menentang rencana wajib militer mereka.
Rencananya aksi demontrasi komunitas Yahudi Ultra-Ortodok itu akan digelar di seluruh wilayah pendudukan Israel setidaknya hingga tanggal 15 April ini untuk mendesak mengakhiri pengecualian wajib militer bagi mereka sambil terlibat penuh waktu dalam studi agama.
Sementara dikutip dari VOA, Mahkamah Agung Israel bulan lalu memerintahkan penghentian subsidi pemerintah bagi banyak laki-laki ultra-Ortodoks yang tidak menjalani wajib militer.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Pengadilan memberi pemerintah waktu hingga 30 Juni untuk menyetujui rencana baru pendaftaran militer mereka.
Sebagian besar laki-laki Yahudi diwajibkan menjalani wajib militer selama hampir tiga tahun, disusul dengan tugas cadangan selama bertahun-tahun.
Perempuan Yahudi menjalani wajib militer selama dua tahun.
Yahudi ultra-Ortodoks, atau Haredi, yang merupakan 13 persen dari masyarakat Israel, secara tradisional menerima pengecualian saat belajar penuh waktu di seminari keagamaan.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Pengecualian bagi kaum ultra-ortodoks – ditambah dengan tunjangan pemerintah yang diterima oleh banyak siswa seminari hingga usia 26 tahun – telah menimbulkan kemarahan publik.
Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mencakup partai-partai yang mendukung Yahudi Ultra-Ortodoks seperti Partai Shas, yang memiliki 11 kursi di Knesset (parlemen Israel) yang memiliki 120 kursi, dan Partai Persatuan Torah Yudaisme (tujuh kursi). (T/R1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu