Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyek PAHALA Pulihkan DAS Cisadane Hulu dan Cegah Banjir di Jabodetabek

Rana Setiawan Editor : Rudi Hendrik - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

0 Views

Ilustrasi.(Foto: Doc. SVM)

Bogor, MINA – Banjir besar yang melanda wilayah Jabodetabek pada awal Maret lalu menjadi pengingat akan pentingnya pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebih baik. Sungai-sungai utama seperti Ciliwung, Cikeas, Cileungsi, dan Bekasi meluap akibat degradasi lingkungan, sementara Sungai Cisadane yang berhulu di Pegunungan Jawa Barat juga menghadapi ancaman serupa.

Menjawab tantangan itu, proyek Pangrango-Halimun-Salak (PAHALA) telah menginisiasi pendekatan berbasis lanskap dalam pemulihan DAS Cisadane Hulu. Proyek terswbut digagas oleh SNV dan Rekonvasi Bhumi bersama Pemerintah Kabupaten Bogor, dengan tujuan memperkuat tata kelola lingkungan melalui pendekatan pertanian regeneratif dan agroforestri.

Menurut Gunawan Eko Movianto, M.M, Kepala Subdirektorat Pertanian dan Pangan, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri RI, dalam keterangan tertulisnya diterima MINA, Senin (17/3), lebih dari 100 DAS di Indonesia masuk kategori kritis.

“Deforestasi, alih fungsi lahan, dan pertanian yang tidak ramah lingkungan memperparah risiko banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Oleh karena itu, sinergi lintas sektor sangat diperlukan,” ujarnya dalam lokakarya bertema Menuju Pengelolaan DAS Terintegrasi di Kabupaten Bogor belum lama ini.

Baca Juga: Sinergitas Investasi Syariah dan Filantropi Ciptakan Kesejahteraan Umat

Sebagai kawasan hulu bagi DAS Cisadane dan Ciliwung, Kabupaten Bogor berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Melalui proyek PAHALA, berbagai pihak terlibat dalam pembentukan Forum Koordinasi Pengelolaan sub-DAS Cisadane Hulu (FKPCH) yang menghubungkan pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat.

Menurut Rudy Hartono, perwakilan Rekonvasi Bhumi, kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan mulai meningkat. “Kini warga mulai memahami konsep pembayaran jasa lingkungan, menjaga kebersihan sungai, dan mengurangi deforestasi di hulu,” katanya.

Perubahan nyata di lapangan juga dirasakan oleh Asep Maliki, anggota kelompok tani setempat. “Dulu, penebangan liar marak terjadi, tapi sekarang masyarakat punya alternatif mata pencaharian yang lebih ramah lingkungan. Pohon yang hilang mulai ditanam kembali, kualitas air pun membaik,” ungkapnya.

Sejak diluncurkan dua tahun lalu, proyek PAHALA telah menghimpun 600 petani dan 55 petani unggulan, mendistribusikan lebih dari 7.000 bibit tanaman, dan membangun 4 hektar area percontohan pertanian regeneratif.

Baca Juga: Menlu Sampaikan Rencana Pembangunan RSIA di Gaza Saat Bertemu Utsus Palestina

Selain itu, meningkatkan pendapatan petani hingga Rp 100 juta dan menciptakan lebih dari 40 lapangan kerja baru.

Proyek ini juga menargetkan pemulihan 500 hektar lahan hingga 2030, meningkatkan infiltrasi air sebanyak 136 juta liter per tahun, serta menyerap 770 ton CO₂.

Rizki Pandu Permana, Country Director SNV, menegaskan bahwa proyek ini bisa direplikasi di DAS lain di Indonesia.

Konservasi lingkungan bisa berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan kolaborasi multipihak, solusi berbasis alam akan melindungi lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.[]

Baca Juga: Bantu Pemudik Motor, BAZNAS Luncurkan Layanan Servis dan Ganti Oli Gratis

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda