Cileungsi, MINA – Kepala Biro Psikologi Rumah Cinta Bogor, Retno Lelyani Dewi menyampaikan pentingnya peran pemerintah dalam memberikan fasilitas bagi orang tua dan masyarakat untuk menanggulangi kenakalan remaja.
Menurutnya, peran pemerintah dapat membantu masyarakat dalam menciptakan program-program berupa pelatihan dan lainnya yang dapat membantu mereka memiliki kegiatan-kegiatan positif serta membangun karakter mereka.
“Pemerintah perlu menempatkan masalah penanganan remaja ini menjadi salah satu fokus dalam program kerjanya,” kata Retno kepada MINA di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Ahad (13/10).
Selain itu, lanjut Retno, program dan dana yang digulirkan pemerintah perlu mendapat pengawalan agar benar-benar terealisasi dengan baik dan tepat sasaran dan tidak diselewengkan. Bila perlu dibuat satgas hingga tingkat kelurahan untuk dapat mengawal program bagi remaja tersebut.
Baca Juga: Industri Farmasi Didorong Daftar Sertifikasi Halal
Menanggapi hasil survei dari beberapa lembaga yang menunjukkan meningkatnya perilaku negatif di kalangan pelajar, Retno memberikan saran kepada pemerintah untuk menyediakan lebih banyak fasilitas bagi anak-anak untuk mengembangkan diri.
Ia menyebut, kegiatan positif yang memadai dapat membantu mengurangi perilaku negatif, seperti perundungan, tawuran, dan kejahatan lainnya.
Selain itu, Retno berharap pemerintah yang baru dapat mengendalikan kenakalan remaja dan masalah sosial lainnya di kalangan generasi muda. Ia juga berharap pemerintah baru dapat memaksimalkan program-program itu untuk menekan angka kenakalan remaja.
Retno prihatin dengan adanya berbagai kasus remaja saat ini yang harus mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak, terutama pemerintah, masyarakat, orang tua, dan pemangku kebijakan lainnya.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Cenderung Mendung, Sebagian Hujan Ringan Sore Hari
Dalam seminar ketahanan keluarga yang digelar di Pondok Pesantren Al-Fatah, Ahad (13/10), Retno juga menekankan cara orang tua berkomunikasi kepada anaknya. Hal itu sangat memengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Maka dalam membangun komunikasi efektif dengan anak, orangtua harus mempertimbangkan usia, jenis kelamin, dan karakter anak. Misalnya, untuk anak laki-laki berusia tujuh tahun yang diharapkan rajin sholat tepat waktu, orangtua bisa menggunakan pendekatan bertanya untuk mengajak anak mengambil inisiatif.
“Kita bisa bertanya, ‘Kakak, menurut Kakak, sholat tepat waktu itu bagaimana?’ sehingga anak terstimulasi untuk berpikir sendiri,” ujar Retno.
Ia juga menekankan pentingnya memberikan apresiasi (reward) setelah anak melakukan hal positif, karena hal ini akan mendorong perilaku positif yang berkelanjutan.
Baca Juga: Menag Akan Buka Fakultas Kedokteran di Universitas PTIQ
Retno menyarankan adanya pelatihan bagi orangtua tentang komunikasi pengasuhan positif, sehingga mereka bisa menggunakan bahasa yang memotivasi anak untuk mengikuti perilaku yang baik.
Sebagai seorang psikolog, Retno memberikan pesan kepada para ibu dan ayah agar lebih mendekatkan diri dengan anak-anak mereka.
“Kita sebagai orangtua sering sibuk dan tanpa sadar menciptakan jarak dengan anak. Padahal, komunikasi yang sering akan membantu mengurangi jarak itu,” katanya. Ia menekankan pentingnya bagi orang tua untuk mendekatkan diri secara emosional, sehingga anak merasa diperhatikan dan dihargai. [An]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Prabowo Bertekad Perangi Kebocoran Anggaran