Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puasa Bukan Sekedar Menahan Diri Dari Makan-Minum

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 31 Mei 2018 - 03:47 WIB

Kamis, 31 Mei 2018 - 03:47 WIB

31 Views

foto: waroengsehat.com

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA)

 

Puasa (shaum) secara bahasanya artinya adalah menahan diri. Dalam hal ini menahan diri dari makan, minum dan hal-hal yang membatalkannya dari waktu sahur pagi sampai berbuka sore.

Baca Juga: Ketika Nabi Ibrahim Alaihi Salam di Palestina

Namun, puasa bukan sekadar menahan diri seperti itu. Termasuk untuk meraih keutamaan pahalanya adalah dengan menahan diri dari perkataan dan perbuatan sia-sia, maksiat, kotor dan mungkar.

Maka, jika ada orang lain mengajak kita berkata yang menjurus pada kemaksiatan, atau untuk menggunjing saudaranya misalnya, apalagi membuat fitnah, mengirim informasi hoaks (batil), menyebar ujaran kebencian, hujatan, dan sebagainya.

Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan untuk kita agar mengatakan, “Innii shooimuun, innii shooimuu….” (Sesungguhnya saya sedang berpuasa, sesungguhnya saya sedang berpuasa).

Sebab, jika perbuatan dosa itu tetap saja dilakukan dengan penuh kesadaran dan terus-menerus tanpa merasa berdosa, akan menjadi sia-sialah ibadah puasanya. Allah pun tidak perlu dengan model orang yang berpuasa seperti itu.

Baca Juga: Tabligh Akbar Jawa Tengah 2025, Saatnya Umat Bersatu Hadapi Krisis Global dengan Ukhuwah Islamiyah

Ini seperti disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah terhadap meninggalkan makan dan minumnya”.  (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Pada hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan:

Baca Juga: Tertib Itu Sunnah yang Terlupakan

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الظَّمَأُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

Artinya :”Betapa banyak orang yang shaum, tidaklah memperoleh  apa-apa baginya dari shaumnya selain lapar, dan betapa banyak orang yang mendirikan shalat, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari shalatnya kecuali lelah”. (H.R.. Ad-Darimi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Untuk itu, marilah di sisa-sisa hari puasa Ramadhan ini, kita perketat penjagaan pribadi kita dari perkataan dan perbuatan dosa, yang hanya akan merusak nilai ibadah puasa Ramadhan kita.

Jika ini bisa kita lakukan, puasa dengan penuh keimanan dan kesadaran (ihtisaban), insya-Allah dari ibadah puasa Ramadhan ini dapat menjadikan penghapus dosa-dosa kita yang lalu.

Baca Juga: Teka-Teki Hudzaifah dan Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib

Seperti disampaikan baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِيْ اَنْ يُتَحَفَّظَ مِنْهُ

Artinya : ”Barangsiapa shaum Ramadhan dan mengetahui segala batas-batasnya, serta memelihara diri dari segala yang baik dipelihara diri darinya, niscaya shaumnya itu menutupi dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R. Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu).

Juga hadits lainnya :

Baca Juga: Keadilan, Pilar Utama Peradaban Manusia

وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya : “Barangsiapa shaum karena imannya (kepada Allah) dan hanya mengharapkan (ridha-Nya), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Semoga kita dapat mengamalkannya. Aamiin yaa Rabb. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Korelasi Mukmin Sejati dengan Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Rekomendasi untuk Anda

Ramadhan 1446 H
Ramadhan
Ramadhan 1446 H
Ramadhan 1446 H
Kolom