Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puasa itu Melahirkan Kerinduan (Oleh: Shamsi Ali, New York)

Septia Eka Putri - Rabu, 29 Mei 2019 - 12:52 WIB

Rabu, 29 Mei 2019 - 12:52 WIB

4 Views ㅤ

Oleh: Shamsi Ali/ Presiden Nusantara Foundation

Hari-hari terakhir Ramadan ini seharusnya melahirkan rasa rindu dalam diri hamba-hamba-Nya. Merindukan Rasulullah, rindu surga-Nya, dan tentunya kerinduan terbesar adalah menatap wajah Ilahi kelak nanti.

Disebutkan bahwa dari sekian kesenangan ukhrawi kelak, tak ada lagi yang paling diimpikan oleh manusia Mukmin lebih dari menatap wajah Sang Khaliq. Bahkan secara khusus “menatap wajah-Nya” ini disebut dengan “ziyadah” (kebahagiaan lebih).

Al-Quran menggambarkan kegembiraan itu. Wajah-wajah ahli surga bersinar (naadhirah) memandang wajah Tuhannya. “Dan pada hari itu wajah mereka bercahaya. Mereka memandang wajah Tuhannya.” (Al-Qiyamah)

Baca Juga: Aksi Kebaikan, Dompet Dhuafa Lampung Tebar 1445 Makanan Berbuka dan Takjil

Untuk terwujudnya kerinduan itu diperlukan “mujahadah” penuh dalam ibadah di satu sisi. Di sisi lain mengesampingkan sementara segala godaan nafsu duniawi.

Maka di hari-hari terakhir inilah hati dan jiwa, bahkan raga hamba-hamba yang beriman dengan sepenuhnya terdedikasikan kepada keharibaan-Nya. Betapa tidak, makan, minum, tidur, bahkan semua kesenangan dunia untuk sementara dikesampingkan/dikurangi demi mencari rida-Nya.

Secara khusus Allah mengingatkan mereka yang beri’tikaf: “dan jangan kamu melakukan hubungan (suami isteri) sedangkan kamu beri’tikaf.” (Al-Quran)

Jika dua puluh hari di awal Ramadan, larangan hubungan suami isteri berlaku di siang hari, maka bagi hamba-hanba yang sedang mendedikasikan diri kepada Allah di sepuluh hari terakhir justru juga dilarang di malam hari juga.

Baca Juga: Masjid Sekayu Semarang Cikal Bakal Pembangunan Masjid Agung Demak

Hal ini mengindikasikan urgensi melawan godaan kesenangan dunia sementara. Sebuah penggambaran bahwa hawa nafsu duniawi kerap menjadi penghalang bagi seorang hamba menuju jalan Rabb-nya.

Maka ayat di Surah Al-Qiyaamah yang membicarakan tentang “melihat wajah Tuhan” (ilaa Rabbiha naadzirah) justru didahului dengan peringatan: “Sayang sekali, tapi kamu terlalu mencintai al-aajilah (dunia). Dan acu terhadap urusan akhirat.” (Al-Quran).

Oleh karenanya sekali lagi, cinta dunia berlebihan inilah yang menjadikan banyak orang terhalang dari kenikmatan terbesar, nikmat ukhrawi kelak. Yaitu memandang wajah Tuhan, Dzat Yang Maha Pencipta.

Maka perjuangan mengesampingkan nikmat duniawi sementara dalam perjalanan menuju Tuhan, merupakan bukti kerinduan dalam menatap wajah-Nya.

Baca Juga: Berkah Ramadhan, Wahdah Tebar Paket Sembako

“Beruntunglah siapa yang mensucikan jiwa. Dan ingat kepada Allah dan shalat.” (Al-Quran)

Pensucian jiwa yang disebutkan pada ayat di atas adalah kemampuan menjaga jiwa dari godaan nafsu duniawi yang disebutkan kemudian: “Akan tetapi kamu terlalu melebihkan (tu’tsiruna) kehidupan dunia.”

Hari-hari sepuluh terakhir memang disiapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang merindukan pertemuan dengan-Nya. Pertemuan batin sebelum pertemuan yang sesungguhnya di hari akhirat kelak.

Di hari-hari terakhir itu, setelah melalui hari-hari perjuangan dan komitmen kedekatan dengan Allah, seorang hamba akan semakin merasakan kerinduan itu.

Baca Juga: Riska Gelar Anjangsana Sosial di Rumah Belajar Merah Putih Cilincing

Setelah melalui hari-hari perjuangan mengesampingkan godaan dunianya, seorang hamba akan semakin bersinar jiwanya. Sinar itulah yang menjadi titik kerinduan menemukan Tuhannya.

Hati-hati yang telah begitu dekat dengan Tuhan akan merasakan ketenangan di saat dunia mengalami kegoncangan. “Tidakkah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang?”

Dan hati-hati yang tenang itulah yang akan dipanggil dengan panggilan kerinduan: “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan rida dan diridai.”

Bahkan hanya jiwa yang tenang (salim) itu yang akan menghadap Tuhannya dengan penuh keindahan. “Pada hari di mana harta dan anak tidak lagi memberikan manfaat. Terkecuali mereka yang datang menghadap Tuhannya dengan jiwa yang bersih.” (Al-Quran)

Baca Juga: Masjid Jami’ Aulia Pekalongan Usianya Hampir Empat Abad

Semoga di hari-hari terakhir ini hati kita semakin merasakan kerinduan itu. Kerinduan yang melahirkan ketenangan dalam langkaian kaki menuju kepada-Nya. Amin! (A/R07/RI-1)

Udara Jkt-Doha, 29 Mei 2019

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Ini Lima Hikmah Puasa Ramadhan Sebagai Pendidikan Ruhiyah

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Tausiyah
Indonesia