Oleh Bahron Ansori / Redaktur MINA
Salah satu penyakit yang besar dari hati adalah hasad (dengki). Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Imam Ghazali mengatakan, hasad adalah cabang dari syukh (الشخ) yaitu sikap batin yang bakhil berbuat baik.
Kata hasad berasal dari bahasa Arab, yaitu “hasadun” yang berarti dengki, benci.Dengki merupakan suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa marah, tidak suka karena iri.Dalam kamus Bahasa Indonesia kata “hasad” diartikan “membangkitkan hati seseorang supaya marah (melawan, memberontak, dan sebagainya)”.Dengan demikian yang dimaksud dengan hasad, yakni suatu perbuatan tercela sebagai akibat adanya rasa iri hati dalam hati seseorang.
Rasulullah SAW bersabda, dari az-Zubair bin al-Awwam berkata, telah bersabda Nabi Saw, “Penyakit umat sebelum kalian telah menjalar kepada kalian yaitu hasad dan kebencian adalah pencukur.Aku tidak mengatakan pencukur rambut namun pencukur agama.”(HR at-Turmudziy: 2510 dan Ahmad: I/ 165, 167. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: hasan, lihat Shahih Sunan at-Turmudziy: 2038, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 3361, Misykah al-Mashobih: 5039, Irwa’ al-Ghalil: 238, 777, Ghoyah al-Maram: 414 dan al-Adab: 151).
Baca Juga: Pelanggaran Zionis terhadap Konvensi Jenewa
Lebih jauh para ulama mengemukakan pengertian hasad sebagai berikut:
Pertama, menurut Al-Jurjani Al-Hanafi dalam kitabnya“Al Ta’rifaat”, hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki atau hasad).
Kedua, menurut Imam al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin”, hasad ialah membenci nikmat Allah Swt yang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.
Ketiga, menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya “Al Manar”, hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nikmat yang diberikan Allah Swt kepada seseorang dari hambaNya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, atau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan.
Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka
Bila kita simak dengan seksama pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, nampak dengan jelas bahwa perilaku hasad atau dengki adalah penyakit rohani, yang akan sangat mempengaruhi eksistensi amal kebaikan yang dilakukan seseorang.
Hal ini sebagaimana dinyatakan Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Jauhilah oleh kamu sekalian sikap hasad (dengki), karena sesungguhnya sikap hasad itu memakan (menghabiskan) kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan (menghabiskan) kayu bakar.“(HR. Abu Daud -Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Yang sangat menarik dari redaksional hadits di atas adalah kata hasad dalam bentuk mufrad (singular) dan hasanaat dalam bentuk jamak (plurat). Ini artinya satu kali berbuat hasad akan berakibat kepada rusaknya amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan.
Oleh karena itu prilaku hasad sebagaimana diutarakan di atas adalah termasuk satu dari jenis-jenis perbuatan yang terlarang. Rasulullah SAW bersabda,
Baca Juga: Zionis Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Genosida, Dunia Tak Berdaya
ولا تحاسدوا ولاتقاطعوا ولاتباغضوا ولاتدابروا وكونوا عبادالله إخوانا كما أمركم الله ( رواه ﭐﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱﱡ ومسلم)
Artinya, “Janganlah kamu sekalian saling mendengki, membenci, dan saling belakang-membelakangi; tetapi jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kendati demikian, perlu diketahui bahwa ada pula prilaku hasad yang dibolehkan, karena berdampak positif, yang dalam istilah lainnya disebut dengan al-ghibtah. Hasad dalam arti al-ghibtah ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah Saw:
لاحسد إلا فى اثنين: رجل أتاه الله مالا فسلطه على هلكته فى الحق ورجل أتاه الله الحكمة فهو يقضي بها ويعلمها ( رواه ﭐﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱﱡ)
Baca Juga: Pesan Surah As-Syuraa: Persatuan Bukti Keimanan, Perpecahan Bukti Kemusyrikan
“Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu (hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah, lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) al-Quran baik di waktu siang ataupun malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia infakkan baik di waktu malam ataupun diwaktu siang.” (HR. Muslim).
Bahaya Hasad
Seperti disebut di atas, hasad adalah sifat negatif yang dimiliki oleh setiap orang. Ada beberapa bahaya sifat hasad antara lain; pertama, tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.
Kedua, hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering, karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
Baca Juga: Bacalah: Perintah Ilahi yang Mengubah Dunia
Ketiga, kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.
Keempat, memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi.Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut.Nabi bersabda, “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud, shahih).
Allah SWT berfirman,
وَدَّكَثِيرٌمِّنْأَهْلِالْكِتَابِلَوْيَرُدُّونَكُممِّنبَعْدِإِيمَانِكُمْكُفَّاراًحَسَداًمِّنْعِندِأَنفُسِهِممِّنبَعْدِمَاتَبَيَّنَلَهُمُالْحَقُّفَاعْفُواْوَاصْفَحُواْحَتَّىيَأْتِيَاللّهُبِأَمْرِهِإِنَّاللّهَعَلَىكُلِّشَيْءٍقَدِيرٌ
Baca Juga: Tiga Godaan Lelaki: Ujian Harta, Fitnah Wanita, dan Ambisi Takhta
Artinya, “Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran….” (Qs. Al-Baqarah: 109).
Dalam ayat lain Allah SWT mengatakan, “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrohim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu) ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya.Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (Qs. an-Nisa’ :54–55).
Kelima, dalam hasad terdapat sikap penentangan terhadap Allah.Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Hasad adalah salah satu bentuk penentangan terhadap Allah, sebab orang yang hasad membenci nikmat Allah pada seorang hamba padahal Allah telah mencintainya sedangkan ia mengharapkan hilangnya (nikmat tersebut).Dan Allah membenci hal itu, maka dengan demikian ia telah menentang Allah dalam ketentuan-ketentuan-Nya, kecintaanNya, dan kebencianNya.” (al-Fawa-id).
Keenam, hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi saw bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban Sesuai Syariat, Ini Panduan Lengkapnya
Ketujuh, hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Qs. AnNisa’: 32).
Kedelapan, hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut.
Kesembilan, hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
Kesepuluh, ketika hasad timbul umumnya orang yang didengki itu akan dizalimi sehingga orang yang didengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang didengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.
Baca Juga: Doa untuk Orang Haji dan Umroh Agar Mendapat Haji Mabrur
Kesebelas, hasad adalah sumber kemaksiatan dan keburukan. Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Sumber keburukan ada tiga. Pertama, kesombongan yang menyebabkan Iblis tetap dalam penolakannya. Kedua, kerakusan yang menyebabkan Adam dikeluarkan dari surga. Ketiga, hasad yang menyebabkan salah seorang keturunan Nabi Adam membunuh saudaranya.Maka siapa yang menjaga diri (menghindari) tiga perkara ini, ia akan terjaga dari keburukan; kekufuran dengan sebab kesombongan, kemaksiatan dengan sebab kerakusan, serta kezholiman dengan sebab hasad.” (al-Fawa-id: 57).
Keduabelas, hasad akan menghalangi seseorang untuk menerima nasihat. Al-Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Rukun kekafiran ada empat: kesombongan, hasad, marah, dan syahwat. Sombong akan menghalangi ketundukan, hasad akan menghalangi untuk menerima nasihat, marah akan menghalangi keadilan, dan syahwat akan menghalangi seseorang untuk beribadah. Apabila seseorang bisa menghilangkan kesombongan maka akan mudah baginya untuk tunduk, apabila ia bisa menghilangkan hasad maka akan mudah baginya untuk menerima nasihat, apabila ia bisa menghilangkan marah maka akan memudahkan baginya untuk bersikap adil, dan apabila ia bisa menolak syahwat maka akan mudah baginya untuk sabar, ibadah, dan menjaga dirinya (dari kemaksiatan).” (al-Fawa-id: 158).
Ketigabelas, pengaruh hasad dalam mencari ilmu. Di antara bentuk hasad dalam mencari ilmu adalah seseorang hasad kepada temannya, maka hasad ini akan menghalanginya untuk bertanya kepada temannya dan tidak mau mudzakaroh (menghafal) bersamanya, sehingga ia akan terhalang untuk meraih ilmu, sebab hidupnya ilmu adalah dengan bertanya dan menghafal. Atau ia hasad kepada gurunya dengan apa yang dimilikinya, sehingga ia menganggap tidak ada perbedaan dengan gurunya, maka ia terhalangi untuk belajar dan mengambil faedah darinya. Atau hasad kepada teman-temannya, ia enggan jika ada yang menyaingi atau melebihinya, sehingga ia terhalangi untuk menginfaqkan ilmunya, atau ia hasad akan pemahaman dan semangat yang ada pada temannya, maka ia ingin menyainginya, ia sibuk berpikir “mengapa si fulan bisa seperti itu” sehingga ia dirinya sendiri terlalaikan dari ilmu.
Ringkasnya, hasad adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini juga banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki.
Baca Juga: Silaturahim vs Silaturahmi: Apa Bedanya Menurut Syariat?
Terakhir, mari jadikan momentum Ramadhan ini menjadi sarana efektif untuk meredam sifat hasad. Jangan biarkan Ramadhan berlalu begitu saja sehingga karakter buruk tak mampu dibersihkan dengan air sucinya. Wallahua’lam. (T/R2/IR).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Keutamaan Haji: Pahala dan Kedudukan Mulia di Sisi Allah