Puasa Ramadhan Wujud Pengamalan Hidup Berjamaah

Oleh: / Wartawan Kantor Berita MINA

Salah satu hakikat ibadah puasa adalah pengendalian diri. Karena musuh utama manusia sebenarnya adalah datang dari diri sendiri, yaitu nafsunya yang cenderung pada keburukan. Tidak sedikit manusia yang celaka karena tidak mampu mengendalikan nafsunya.

Jika manusia bisa mengendalikan diri, maka mereka itulah yang mampu membangun dan menjaga persatuan umat. Persatuan sesungguhnya dibangun atas dasar saling menghargai, saling menghormati, tidak saling menyakiti dan tidak merampas dan mengambil hak orang lain.

Maka dengan pengendalian diri yang ditempa saat Ramadhan nanti, umat Islam akan dapat merawat persatuan dan kesatuan, serta memelihara semangat persaudaraan, antar sesama kaum Muslimin, juga antar sesama manusia sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu Wa Taala mewajibkan orang-orang yang beriman, baik laki maupun perempuan kalau sudah baligh wajib untuk melaksanakan ibadah selama satu bulan penuh.

Untuk kaum laki-laki balighnya ditandai ketika bermimpi basah (keluar air mani) atau saat usianya masuk umur 14 tahun. Sementara untuk kaum perempuan balighnya ketika pertama kali haid atau usianya masuk umur 14 tahun.

Maka bagi kaum laki-laki dan perempuan bagi yang sudah baligh wajib untuk melaksanakan puasa. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirmaAl-Qur’an Q.S. Baqarah [2]: 183

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta berhubungan intim dengan suami ataupun istri dengan niat yang ikhlas karena Allah Subhanhu wa Ta’ala.

Allah menyerukan kepada orang-orang yang beriman dari umat ini dan memerintahkan mereka untuk berpuasa. Puasa berarti menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh, dengan niat yang tulus karena Allah karena puasa mengandung penyucian, pembersihan, dan penjernihan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek dan akhlak tercela.

Baca Juga:  Tanda-Tanda Israel Kiamat!

Perlu keikhlasan karena Allah SWT, sebab dengan puasa itulah seorang Muslim punya kesempatan untuk membersihkan jiwanya, dari segala hawa nafsu dan akhlak yang tercela.

Hakikat puasa itu adalah untuk meraih ketakwaan sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah 183. Ketakwaan itu adalah wujud dari pada kehidupan untuk berjamaah, sebagaimana dijelaskan pada potongan ayat yang terakhir “La’allakum tattaqun.

Ayat lain sebagaimana Allah Subahanahu wa Ta’ala berfiman dalam Q.S. Ali Imran [3]: 102.

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk menjalin persatuan dan kesatuan dalam wujud berjamaah. Oleh karena itu dalam bulan suci Ramadhan ini, marilah kita . Hidup berjamaah adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang beriman. Sebagaimana dijelaskan pada ayat selanjutnya Q.S. Ali Imran [3]: 103.

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْ‌

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah, dan janganlah kamu bercerai berai seraya berjamaah.”

Baca Juga:  Ratusan Mahasiswa UI Berkumpul di Perkemahan Solidaritas Palestina

Ayat di atas memerintahkan orang-orang beriman agar berpegang pada Al-Quran dan As-Sunah seraya berjamaah. Ayat ini juga melarang orang-orang Mukmin melakukan hal-hal yang dapat menjerumuskan diri mereka ke dalam perselisihan, perpecahan, pertikaian dan permusuhan.

Selanjutnya, agar kita berpegang teguh kepada tali Allah, yaitu agama Islam dan kitab-Nya dengan cara hidup berjamaah, dalam satu kesatuan, terpimpin oleh seorang imaam yang ditaati dan tidak saling bercerai berai.

Semua itu haruslah dikerjakan dengan istiqamah terus-menerus, dan konsisten atas hal itu hingga mereka meninggal dunia, tetap dalam memegang tali Islam, yaitu Al-Quran dan As-sunnah.

Jadi, untuk dapat mewujudkan taqwa yang sebenarnya sebagaimana rangkaian firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas adalah mewujudkan kehidupan berjamaah. Dan kita dilarang untuk bercerai berai karena syetan bersama orang yang sendirian.

Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah kalian berjamaah dan jangan bercerai-berai, karena syetan bersama yang sendiri daripada dengan dua orang lebih. Barangsiapa ingin masuk kedalam surga maka hendaklah komitmen dalam jama’ah” (HR At-Tirmidzi).

Fakta sejarah menunjukkan bahwa Rasulullah beserta para sahabat yang mengikuti ajaran Islam hidup dengan hidup berjamaah di tengah lingkungan masyarakat/negeri musyrikin.  Puasa Ramadhan juga mengajarkan umat Islam untuk dapat hidup bersama sebagai makhluk sosial. Dalam melaksanakan puasa, umat Islam dari berbagai belahan dunia melaksanakan aturan syariat yang sama, pedomannya sama dan tujuannya pun sama, yaitu menggapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka, dengan amaliah yang sama, pedoman dan tujuan yang sama, diharapkan mampu menumbuhkan semangat persatuan di antara sesama umat Islam.

Baca Juga:  Mahasiswa Generasi Baru di AS Beri Harapan kepada Palestina

Puasa juga melatih umat Islam untuk menjadi insan yang berempati, merasakan beban derita yang dirasakan saudaranya. Contohnya saudara kita di mengalami penderitaan di bulan Ramadhan 1444 ini.

Kita saksikan di banyak , tv, sosmet dan lain sebagainya pasukan Zionis Israel menyerang para Jama’ah Muslim yang sedang melaksanakan ibadah Tarawih di Masjid Al-Aqsa. Mereka juga mengacak-acak ruangan Masjid Al-Aqsa, menembaki para jamaah, melontarkan gas air mata, menendang, serta menangkap mereka yang melawan.

Kebiadaban mereka orang Israel di luar batas nalar kemanusiaan, mereka tidak pandang usia, mau itu dia anak-anak, orang tua bahkan ibu hamil mereka aniaya dan tidak sedikit rumah mereka yang dirusak oleh Zionis Israel, ada suami kehilangan istri, istri kehilangan suami, ayah kehilangan anak dan anak kehilangan ayah dan seterusnya.

Maka di bulan Ramadhan ini adalah peluang kita untuk menerapkan  kehidupan berjamaah dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara kita simpati dan empati kepada saudara-saudara di Palestina. Hal ini diharapkan akan melahirkan dan menumbuhkan sikap ta’awun, saling tolong-menolong dan bekerja sama secara tulus, bersih dari segala motivasi keduaniaan.

Mari kita berjamaah membantu saudara kita di Palestina dengan kemapuan yang kita punya, dengan harta, tenaga, pikiran, namun kalau kita mampu dengan semua itu mari kita bantu dengan doa, karena doa adalah senjata umat Islam.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam hadis:

الُّدُعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ

Doa adalah Senjata orang beriman.” (HR Abu Ya’la).

Semoga dengan memahami hakikat dan makna yang terkandung dalam ibadah puasa, kita semua mampu lebih maksimal dalam beribadah dan menjadikan momen Ramadhan sebagai bulan untuk menyatukan umat. Aamiin Ya Rabbal Alamiin. (A/R8/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.