Oleh: Widi Kusnadi, Redaktur MINA
Ramadhan telah usai. Walau tidak pernah diharapkan kepergiannya. Kepergiaannya sebuah keniscayaan, karena diganti dengan bulan setelahnya, Syawal. Ramadhan bukan hanya sekedar bulan, ia bulan penuh berbagai keistimewaan; ada kewajiban puasa, diturunkannya Al-Qur’an, iktikaf dan lainnya.
Sebuah ungkapan orang Arab cukup masyhur menggambarkan kepergian Ramadhan, “Latakun Ramadhaniyyan, kun Rabbaniyan !!” maknanya: “Janganlah menjadi ahli ibadah di Bulan Ramadhan saja, tetapi jadilah hamba yang rabbani (memiliki sifat yang Allah harapkan)”.
Ramadhan bulan ikhtibar (ujian), penempaan, latihan, agar setelah selesai dari tempaan di bulan ini, ia menjadi manusia yang diharapkan lulusannya, Muttaqin (bertakwa).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Lantas, apakah ketika selesai Ramadhan, selesai pula ibadah? Tidak. Ramadhan adalah permulaan ibadah. Permulaan meningkatkan ibadah, dan penempaan diri di dalamnya. Ramadhan bukan untuk Ramadhan. Ramadhan untuk setelah Ramadhan. Sama dengan, UAS (ujian akhir semester) bukan untuk ujian. Ia untuk melihat apakah selama sekolah dalam satu semester ada peningkatan atau tidak?. Maka, kalau nilainya kurang baik, berarti ia tidak sukses dalam belajarnya.
Setelah Ramadhan adalah untuk melihat hasil dari apa yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Maka, yang paling banyak diungkapkan ketika hari raya adalah “Taqabbalallahuminna waminkum taqabbal ya Karim” dengan harapan apa yang telah dilakukan di bulan diterima oleh Allah dan menjadi manusia yang bertakwa.
أيها الناس! إنكم قد صمتم لله ثلاثين يوماً، وقمتم لله ثلاثين ليلة، وها أنتم قد خرجتم الآن لتطلبوا من الله عز وجل أن يتقبل منكم ذلك
Seseorang yang telah melakukan puasa 30 hari, bangun malam 30 hari, dan setelah selesai melakukannya, hendaknya memohon kepada Allah agar diterima semua ibadah yang telah dikerjakan, demikian kata Umar bin Abdul Aziz.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Yang seharusnya menjadi perhatian seseorang adalah diterimanya ibadah dari pada amal itu sendiri. Karena Allah hanya menerima ibadahnya orang yang beriman (muttaqin).
.وقال على بن أبى طالب رضى الله عنه: «كونوا لقبول العمل أشد حرصاً منكم على العمل، أما علمتم أن الله تعالى يقول: «إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Di antara tanda-tanda keberhasilan training Ramadhan adalah mempertahankan atau juga memperbaiki apa yang telah dilakukan di bulan Ramadhan. Ketika bulan puasa rajin bangun malam, ia mempertahankannya di luar Ramadhan dengan bangun malam (qiyamul lail), demikian dengan mengaji Al-Qur’an, di luar Ramadhan senang dan suka mengaji dan mengkaji Al-Qur’an, demikian juga dengan ibadah-ibadah lainnya.
Keberhasilan Ramadhan dapat dilihat dua aspek; sulukiyan (perilaku) dan ruhiyah. Setelah Ramadhan, tidak lagi suka mengumpat, mencaci maki, sombong, iri, dengki dan sifat-sifat yang tidak baik lainnya. Demikian juga kata Dr. Karimah:
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
إن من علامات قبول صيام العبد أن تكون أحواله العبادية والسلوكية بعد رمضان أفضل مما كان من قبله
Artinya: “Tanda-tanda diterimanya puasa Ramadhan ada perubahan yang lebih baik setelah menjalani puasa, baik dari aspek ibadah dan perilaku.”
Al-Imaam ibnu Rajab dalam kitabnya “Lathaiful Maa’rif” mengungkapkan beberapa hikmah yang didapatkan seorang hamba ketika ia menyempurnakan Ibadah puasa Ramadhannya dengan berpuasa selama enam hari pada bulan Syawal.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Pertama, puasa pada bulan Syawal dapat menyempurnakan pahala shaum Ramadhan dengan pahala shaum selama satu tahun.
Kedua, puasa pada bulan Syawal ibarat shalat sunah yang dapat menambal kekurangan shalat wajib, syawal/">puasa Syawal dapat menambal kekurangan puasa Ramadhan.
Ketiga, ketika seseorang menjalani syawal/">puasa Syawal dan membiasakannya setelah bulan Ramadhan usai, bisa jadi Allah telah menerima amal shalihnya, karena tanda di mana Allah menerima amal seorang hamba adalah dengan dimudahkannya dalam melakukan ibadah.
Keempat, puasa Syaawal sebagai wujud syukur nikmat telah diampuni dosa karena telah berpuasa pada bulan Ramadhan.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Kelima, syawal/">puasa Syawal wujud dari melestarikan amal ibadah yang baik di bulan Ramadhan.
Mudah-mudahan ibadah kita diterima oleh Allah, dan mampu mempertahankan kebaikan yang ada di bulan Ramadan, serta menjadi manusia yang lebih baik. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.(A/P2/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran