Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing atau dikenal dengan BIPA yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) berhasil mencetak generasi yang berprestasi.
Seorang muslimah asal Mesir, Mariam Ashraf salah satunya, pemelajar BIPA tingkat mahir ini mulai melangkah mencintai dunia sastra yakni puisi, tidak hanya mampu menulis, Mariam juga piawai dalam membacakannya.
Diketahui puisi Mariam yang bertema kemerdekaan Indonesia mulai digemari dan dilirik dari unggahan YouTube @Devi Virhana Qomari, puisi tersebut dibacakan oleh Devi dan kemudian diunggah ke kanal YouTubenya dengan tujuan mengapresiasi karya tersebut.
“Mariam Ashraf adalah salah satu pemelajar BIPA yang berbakat, Ia tidak hanya memiliki imajinasi yang tinggi dalam mengarang puisi, namun juga piawai membaca puisi,” ungkap Devi Virhana, pencinta BIPA yang kerap berkolaborasi dengan Mariam dalam menciptakan karya.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Dia mengungkapkan, Mariam adalah sosok yang cepat belajar, dan memahami makna setiap diksi. Hal ini terbukti pada saat latihan membaca puisi, tidak perlu banyak waktu untuk membuatnya paham menciptakan ekspresi yang begitu dalam.
“Mariam sangat cepat belajar, ketika latihan membaca puisi Kita tidak perlu banyak waktu untuk menjelaskan makna dari setiap diksi, cukup sekali Mariam langsung paham,” tambah Devi.
Siapa sangka, puisi alumnus Universitas Kairo yang pernah menjuarai ajang pemilihan bakat di Mesir tersebut mendapat sorotan menjelang hari kemerdekaan, dan kini ditonton lebih 9.000 dalam sepekan.
Tidak hanya itu, banyak juga yang berkirim pesan pribadi kepada Devi lewat instagramnya, dan mengaku kagum dengan puisi Mariam, dan meminta izin untuk menggunakannya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Alasan mereka untuk menggunakan puisi tersebut cukup beragam, mulai dari keperluan festival baca puisi, tugas sekolah, kebutuhan organisasi, bahkan ada yang meminta izin untuk menjadikan suara latar atau backsound.
Devi merespons baik permintaan tersebut, dan meminta kepada mereka untuk menyebutkan nama pengarang puisi, yakni Mariam Ashraf (Pemelajar BIPA asal Mesir), hal ini bertujuan untuk membantu penyebaran program BIPA di dalam negeri, karena masih banyak yang belum tahu tentang program tersebut.
“Saya sangat senang puisi Mariam mulai digemari, bahkan digemari oleh seseorang yang jumlah pengikutnya banyak di instagram juga ikut menggunakan puisi tersebut untuk keperluan festival baca puisi anaknya, alhasil puisi tersebut ditonton lebih 20.000. Ini adalah bentuk apresiasi dan dukungan terhadap Mariam agar lebih bersemangat dalam berkarya, meskipun Ia jauh di Mesir,” ungkap Devi.
Saling Mendukung dalam Kebaikan
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Mariam mempelajari bahasa Indonesia di Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin) Kairo, mulai dari dasar hingga ke tingkat mahir. Berbekal kemahirannya berbahasa Indonesia, Mariam telah membuka kelas khusus bahasa Amiyah Mesir bagi pelajar Indonesia yang ada di Mesir, dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Selain menyukai puisi, Mariam juga berbakat dalam bidang melukis, bercerita, berdrama, dan dia juga suka bernyanyi.
Mariam pernah meraih juara satu lomba bercerita tingkat internasional dalam Festival Handai yang diadakan oleh Badan Bahasa pada 2020 lalu. Festival tersebut diikuti oleh orang asing dari berbagai negara.
Dilihat dari bidang puisi, sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya Mariam menciptakan puisi dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa puisi lain yang pernah dimuat di salah satu media cetak Indonesia, antara lain puisi berjudul “Menanti Waktu Harmonis”, yang bercerita tentang persahabatan, puisi berjudul “ Sepiku”, “Kerinduan”, dan “Kepergian Seorang Ayah”.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Bakat tersebutlah yang membuat Devi merasa ingin mendukungnya, tidak hanya sebatas teman, jauh daripada itu mereka seperti saudara yang kerap berkolaborasi dalam kebaikan lainnya. Misalnya, Mariam yang menulis puisi, Devi yang menjadi kurator puisi tersebut. Belajar membaca puisi, bernyanyi, dan kadang, mereka juga belajar bahasa Arab bersama, dan Mariam yang menjadi guru.
Saat ditanya jurusan, Devi mengaku bukan dari jurusan bahasa, sastra atau pun seni, namun Ia lulusan Ilmu Komunikasi yang mencintai dunia sastra dan bidang seni.
Berbekal kecintaan itu, Devi turut mendukung pemelajar BIPA lainnya untuk mengembangkan bakat, seperti menyanyi, menulis, membaca puisi, pidato, reporter dan pembawa acara dalam bentuk latihan bersama.
“Saya sangat senang jika ada pemelajar BIPA yang ingin mengembangkan bakatnya, dan Saya membuka diri untuk membantu mereka dalam mengembangkan bakat. Hal yang terpenting adalah, mereka tidak hanya pandai berbahasa Indonesia tetapi juga mengasah kemampuan bahasa itu untuk menciptakan karya,” ungkap Devi penuh harap.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Program BIPA ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menginternasionalkan bahasa Indonesia sesuai dengan amanat UUD 1945 tentang peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Saat ini, lebih 45 negara telah mempelajari bahasa Indonesia dan diprediksi akan terus bertambah.
Semoga bahasa Indonesia kian diminati sehingga upaya pemerintah untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional semakin cemerlang. Pemelajar tidak hanya mahir berbahasa Indonesia, tetapi juga mampu mengasah bakatnya dalam berbagai bidang dan menciptakan karya.
Puisi Kemerdekaan Republik Indonesia
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Sisi Perjuangan
Karya: Mariam Ashraf (Pemelajar BIPA Asal Mesir)
Kurator: Devi Virhana
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Bendera Holandia telah berada di setiap gang buntu
Mengepak di langit negaraku mempersempit cita-citaku hingga nafasku hilang
Wahai negara suciku Indonesia
Negara hijauku yang telah bertahan lama melihat ragam bendera di atas bangunannya
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Tanahmu haus akan darah para pahlawan yang memanggil setiap jiwa,
memuaskan tumpah darah pahlawan, yang menjadikan tanahmu subur untuk kemerdekaan dan kebebasan.
Darah pahlawan telah membangun negeri ini, bak sinar matahari yang membentengi, mengabadikan 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan.
Demi tanahmu Indonesiaku, kami akan mengangkat benderamu sampai ke langit ketujuh, suara kemerdekaan akan terus bergema di setiap jalan.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Demi tanah ini kita akan berteriak, sampai darah kita habis kita akan berteriak, Merdeka! Merdeka! Sampai nama Indonesiaku mendunia.
Wahai Indonesia, hai Indonesia! Aku ingin mendengar teriakanmu yang setia bahwa darah pahlawan tidak sia-sia.
Ayo, berteriak merdeka! merdeka!
Dengan jiwa, hidup, dan usia kami
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Kami akan menjaga tanah ini
Senyum manis Indonesiaku
Melarutkan kebencian musuh
Jangan bersedih, jangan bersedih
Dan angkatlah kepalamu setinggi-tingginya
Hari ini tanahmu merdeka lagi
Darah para pahlawan akan tetap dalam warna benderamu untuk menghidupkan mu kembali.
Telah gugur pahlawanku
Tunai sudah janji bakti
Gugur satu tumbuh seribu
Gugur satu tumbuh seribu
Tanah Air Jaya pasti
Indonesiaku
(AK/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)