Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pulitzer Untuk Dua Wartawan Yang Laporkan Pembunuhan Warga Rohingya

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 18 April 2019 - 08:11 WIB

Kamis, 18 April 2019 - 08:11 WIB

5 Views

Dua wartawan Kantor Berita Reuters yang saat ini dipenjarakan di Myanmar diumumkan sebagai penerima anugerah hadiah jurnalistik paling bergengsi Pulitzer Prize untuk Pelaporan Masalah Internasional dalam sebuah acara di New York, Senin (15/4).

Penyerahkan penghargaan  pada kedua wartawan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo itu, dilakukan secara simbolis, karena saat ini keduanya sedang menjalani hukuman tujuh tahun penjara di Penjara Insein Yangon.

Kedua wartawan Reuters berkebangsaan Myanmar itu dijatuhi hukuman karena dinyatakan bersalah “membongkar rahasia negara” dalam laporan investigasinya, yakni mengekspos pembunuhan dilakukan militer terhadap warga Rohingya.

Kedua wartawan tersebut melakukan misi investigasi aksklusif terhadap pembunuhan 10 pria Rohingya di desa Inn Dinn di Myanmar bagian barat, wilayah operasi militer terhadap minoritas Muslim yang dimulai pada 2017.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Pemerintah Myanmar menyangkal pelanggaran hak asasi manusia dengan menargetkan para militan Rohingya yang menyerang pos-pos polisi pada Agustus 2017.

Lebih dari 720.000 Rohingya diperkirakan telah dipaksa untuk melarikan diri ke Bangladesh sebagai akibat dari kekerasan yang terjadi kemudian.

Ketika militer menyerang negara bagian Rakhine, yang diduga melakukan aksi membunuh, memperkosa wanita dan membakar bayi hidup-hidup.

Pihak berwenang saat itu mempersilakan para wartawan mencoba menyelidiki kekejaman itu.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Wa Lone dan Kyaw Soe Oo mengatakan mereka dipertemukan oleh seorang polisi yang menyamar sebagai narasumber.

Mereka mengatakan bahwa pada akhir 2017, petugas mengundang mereka ke pertemuan rahasia di sebuah restoran di pinggiran Yangon dan menyerahkan mereka dokumen.

Polisi menyerbu dan menangkap mereka dengan informasi rahasia yang mereka miliki.

Dipenjara karena mengekspos pembantaian, kedua wartawan itu menandai satu tahun di penjara Myanmar hingga sekarang.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Administrator Pulitzer, Dana Canedy mengumumkan bahwa pasangan tersebut telah ditetapkan ke dalam kelompok pemenang elit.

Ini adalah penghargaan “untuk pengungkapan unit-unit militer atas pengusiran sistematis dan pembunuhan Muslim Rohingya dari Myanmar, liputan berani yang mengantarkan para reporternya di penjara.”

Pelaporan investigasi itu “tidak hanya didasarkan pada kesaksian para korban, yang merupakan kunci dan sangat penting. Namun juga itu mencakup satu demi satu kisah dari orang-orang yang benar-benar melakukan ini, dan ini sebenarnya membanggakan dengan apa yang telah mereka lakukan,” Kepala Biro Reuters Myanmar, Antoni Slodkowski mengatakan kepada CNN akhir tahun lalu.

Langsung atau tidak langsung, dampak dari laporan itu, pada April 2018, tujuh tentara dijatuhi hukuman “10 tahun penjara dengan kerja keras di daerah terpencil” karena keterlibatan mereka dalam pembantaian Inn Dinn.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Para korban dipaksa untuk menggali kuburan mereka sendiri sehari sebelum mereka dipukuli, ditikam dan ditembak. sampai mati.

Laporan Reuters memunculkan satu-satunya pengakuan bersalah dari pemerintah Myanmar, yang secara rutin menolak kritik atas tindakan pasukannya di desa-desa mayoritas Muslim di ujung barat, negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha itu.

Pulitzer Prize merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang jurnalistik, yang diumumkan setiap bulan April tiap tahunnya.

Penerima penghargaan Pulitzer dipilih oleh badan independen yang dikoordinasikan oleh Universitas Columbia, Amerika Serikat. (A/RS2/P1)

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Sumber: CNN

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Palestina
Asia
Internasional
Asia