Gaza, MINA – Aplikasi perpesanan WhatsApp telah memblokir akun puluhan jurnalis Palestina setelah pertempuran bulan ini antara Israel dan gerakan perlawanan di Gaza.
Wakil presiden Sindikat Jurnalis Palestina, Tahseen Al-Astall mengatakan, sekitar 100 wartawan di Gaza telah melihat akun mereka diblokir, demikian Arab News melaporkan, Selasa (25/5).
Sebagai bagian penting dari pemberitaan di kedua sisi konflik, jurnalis Gaza menerima pernyataan Hamas, termasuk melalui WhatsApp, meskipun kelompok militan Palestina itu telah masuk daftar hitam oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat, mereka dituduh sebagai bagian dari “kelompok dan entitas yang terlibat dalam aksi teroris”.
Pemblokiran itu tak lama setelah gencatan senjata diberlakukan pada pukul 02:00 pada hari Jumat (23.00 GMT Kamis) mengakhiri 11 hari konflik mematikan, dua jurnalis di biro AFP Kota Gaza menerima pemberitahuan dari WhatsApp dalam bahasa Arab yang memberi tahu mereka bahwa akun mereka telah diblokir.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Jurnalis lain, di Yerusalem dan Tepi Barat yang diduduki serta di Gaza, mengatakan akun mereka juga telah diblokir.
Seorang kru dari saluran berita satelit yang berbasis di Qatar, Al Jazeera, mengatakan akun mereka kemudian telah dipulihkan setelah mereka mengajukan keluhan kepada pemilik WhatsApp Facebook.
Pusat Pengembangan Media Sosial Arab mengatakan pemblokiran akun WhatsApp bukanlah insiden yang terisolasi.
Dalam laporan terbaru kelompok itu, yang berbasis di kota Haifa, mereka mendokumentasikan 500 kasus di mana “hak digital” Palestina telah dilanggar antara 6 Mei dan 19 Mei.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Konten dan akun dihapus, dikurangi dan dibatasi, tagar disembunyikan, dan konten yang diarsipkan dihapus,” kata laporan itu.
“50 persen dari laporan ini adalah tentang Instagram, 35 persen Facebook, 11 persen Twitter dan 1 persen Tik Tok,” tambahnya.
Laporan itu menjelaskan bawah perusahaan media sosial tidak memberikan penjelasan untuk penghapusan atau penangguhan sebagian besar tanggapan mereka kepada pengguna. Namun, alasan yang diajukan kepada pengguna termasuk ujaran kebencian, pelanggaran standar komunitas, antara lain meminta bukti identitas.
“Kami telah melihat ‘eskalasi terhadap hak digital warga Palestina’ dalam beberapa pekan terakhir,” ujar juru kampanye 7amleh Mona Shtaya kepada AFP.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Media sosial tetap menjadi alat penting bagi warga Palestina, banyak di antaranya percaya liputan media tradisional/mainstream saat ini tidak cukup menangkap realitas krisis di sana.
Ketegangan memuncak awal bulan ini atas pengusiran keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Yerusalem timur yang diduduki Sheikh Jarrah untuk memberi jalan bagi pemukim ilegal Israel.
Serangan udara dan tembakan artileri pendudukan Israel ke Gaza menewaskan 253 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak, dan melukai lebih dari 1.900 orang dalam 11 hari konflik sejak 10 Mei, kata kementerian kesehatan di Gaza.
Di sisi lain, gerakan perlawana di Gaza membalas menembakkan roketnya dan menewaskan 12 warga di Israel, termasuk satu anak dan seorang remaja Arab-Israel, seorang tentara Israel, satu orang India dan dua orang Thailand, serta sekitar 357 orang di Israel terluka, kata petugas medis. (T/R6/P2)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)